Tajribah Syekh Ibnul Qayyim Baca Ayat 7 Kali
Syekh Ibnul Qayyim sebenarnya menulis banyak sekali tajribah: ada ± 31 tajribah (data sementara) dalam beberapa karya tulis beliau.
Diantara khasiat ayat ini (QS. Al-Anbiya: 83)
وأيُّوبَ إذ نادىٰ ربَّهُ أَنِّي مَسَّنيَ الضُّرُّ وأنتَ أرحَمُ الرَّاحمين
Beliau menulis:
جمع في هذا الدعاء بين حقيقة التوحيد وإظهار الفقر والفاقة إلى ربه ووجود طعم المحبة في المتملق له والإقرار له بصفة الرحمة وإنه أرحم الراحمين والتوسل إليه بصفاته سبحانه وشدة حاجته وهو فقره ومتى وجد المبتلى هذا كشف عنه بلواه
Dalam doa ini terhimpun hakekat tauhid, ekspresi kefakiran dan sangat butuh pada Allah, eksistensi rasa cinta pada Dzat yang dicintainya, pengakuannya bahwa Allah bersifat Rahmah "dan sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengasih diantara para pengasih", bertawassul padaNya dengan sifatNya -Maha Suci Allah-, dan dia amat sangat butuh dalam keadaan kefakiran.
Ketika orang yang tertimpa kesusahan itu merasakan hal ini, niscaya Allah akan menghilangkan kesusahan itu darinya.
وقد جرب أنه من قالها سبع مرات ولا سيما مع هذه المعرفة كشف الله ضره
Dan telah ditajribahkan (dibuktikan kemanjurannya dengan pengalaman) bahwa sesiapa yang membaca ayat itu sebanyak 7 kali, terlebih disertai dengan pemahaman ini, Allah menghilangkan kesusahannya.
الفوائد ص ٢٠١
Sumber FB Ustadz : Nur Hasim
27 Juli 2022 ·
Murid Ibnu Taimiyah nih gaes.
Adakah orang Wahabi yang mau senggol beliau dengan tuduhan "Ahli bid'ah" ?
Tidak masalah jika kalian (orang-orang Wahabi) mengingkari adanya khasiat membaca ayat tertentu, dzikir tertentu, atau sholawat, dengan jumlah tertentu, di waktu tertentu, maka akan dapat begini dan begitu.
Jadi masalah jika kalian sembrono menuduh hal begitu sebagai bid'ah sesat. Karena Ibnu Taimiyah dan muridnya pun melakukan hal begitu itu, yang pada akhirnya mereka berdua masuk dalam tuduhan kalian itu.
(Saiful Anwar)
Para ulama biasa melakukan uji coba amalan tertentu yang diyakini berkhasiat; kalau membaca bacaan ini sebanyak bilangan tertentu maka biasanya khasiatnya begini. Hal semacam ini sudah dilakukan oleh sahabat Nabi sejak Rasulullah Muhammad masih hidup dan beliau mengakuinya. Di Nusantara ini, ulama Ahlussunah wal Jamaah juga sering mengamalkan faidah semacam ini dan mengijazahkannya dari generasi ke generasi.
Dalam contoh yang ditulis Ust Nur Hasim di statusnya ini, Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyah, murid terkokoh Syaikh Ibnu Taymiyah, ini juga bolak balik melakukannya dan "mengarang" jumlah tertentu dan khasiat tertentu yang tentu saja tidak ada ayat atau hadisnya. Sebagian orang bodoh yang suka membuat-buat aturan bid'ah menyebut tajribah (uji coba) semacam ini bid'ah, tapi tentu saja bukan bid'ah. Cuma kalau pelakunya adalah Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim biasanya mulut dan jari mereka jadi sedikit kaku untuk komentar pedas.
(Abdul Wahab Ahmad)