Shalawat Apa Yang Harus Kita Baca?
Kalau anda tanya pertanyaan ini ke wahabi pendaku salafi itu, maka biasanya jawabannya adalah shalawat Ibrahimiyah. Kemungkinan juga mereka menjawab sambil nyinyir ke shalawat lain yang secara serampangan mereka sebut sebagai shalawat bid'ah. Salah satu hoax yang mereka produksi adalah masyarakat Ahlussunah wal Jamaah (aswaja) melupakan shalawat Ibrahimiyah yang diajarkan Nabi lalu berpaling ke shalawat bid'ah.
Tapi kalau anda tanya ke ahli ilmu, maka jawabannya begini:
Shalawat yang dibaca dalam shalat adalah shalawat ibrahimiyah. Ini sesuai dengan hadis ketika seorang sahabat bertanya shalawat apa yang musti dibaca? Yang dia maksud adalah dibaca dalam shalat. Jawaban Nabi Muhammad adalah shalawat Ibrahimiyah. Sebab itu, semua masyarakat Ahlussunah wal Jamaah membaca shalawat ini dalam tahiyyat akhir
Mereka diajari menghafalnya sejak usia dini dan selalu membacanya dalam shalat hingga mati. Adalah hoax bila ada yang bilang bahwa shalawat Ibrahimiyah dilupakan oleh Ahlussunah wal Jamaah.
Tapi kalau untuk dibaca di luar shalat di momen yang bebas, maka terserah mau membaca shighat (redaksi) shalawat apa pun sama saja berpahala. Mau yang pendek صلى الله على محمد boleh, mau yang sedikit lebih panjang اللهم صل على محمد juga boleh. Mau ditambah Sayyidina dan salam pada keluarga Nabi dan sahabat juga tambah bagus. Mau merangkai shalawat sendiri yang memuat aneka pujian terhadap Nabi Muhammad seperti dilakukan para dai dan para tokoh di Muqaddimah pidato atau khutbah juga boleh. Mau pakai redaksi shalawat yang diberi tawassul semisal shalawat Fatih, shalawat Nariyah dan sebagainya juga bagus.
Yang karangan itu bukan shalawat bid'ah sebagaimana kata orang-orang bodoh. Namanya adalah shalawat ghairu ma'tsur alias shalawat yang bukan ayat atau ahadis Nabi. Shalawat ghairu ma'tsur bukan bid'ah sebab memang shalawat tidak pernah harus ma'tsur. Sama dengan doa juga tidak pernah diharuskan ma'tsur. Anda bebas mau doa minta apa pun dengan redaksi apa pun sesuka hati anda dan dengan bahasa apa pun, tidak harus pakai doa sapu jagat atau doa lain yang ada dalam al-Qur’an dan hadis. Shalawat sendiri pada hakikatnya juga doa kepada Allah untuk Nabi Muhammad, jadi juga bebas redaksinya.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
26 Juli 2022 pada 14.27 ·