*⭐EFEK NGAJI INSTAN*
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Diantara tabiat kelompok yang merasa paling benar sendiri, yang mencolok dari mereka adalah benci institusi keilmuan seperti pondok pesantren.
Jika tidak sampai benci atau anti, minimal sedikit alergi. Menganggap bahwa para kiyai tidak mengajarkan ilmu secara murni dan efektif kepada para santrinya.
Karena begitulah untuk melahirkan seorang ahli ilmu, pesantren mengharuskan santrinya sabar berproses sekian lama hingga bertahun-tahun.
Di pondok sebelum menelaah semua cabang ilmu, engkau harus mengawalinya dengan adab, lalu menekuni grametika bahasa arab. Jug menghafal bukan hanya al Qur'an tapi juga matan, bahkan syair jahili.
Setelahnya masih diharuskan terus belajar, menimpa ilmu sekuat kemampuan. Baik dengan lanjut kuliah lagi ataupun belajar dari madrasah kehidupan ini.
Sedangkan kelompok ini bisa mencetak para ustadz dan ulama dalam kegiatan sekian hanya dalam sekian bulan bahkan hanya beberapa pekan.
Tinggal ikuti daurah aqidah 1 atau 2 kali pertemuan, fiqih 3 atau 4 kali pertemuan dan beberapa pertemuan singkat lainnya untuk tafsir, hadits dan sirah.
Setelahnya tinggal rubah penampilan. Trada, kini dia sudah boleh untuk berfatwa.
Dan bahkan bukan hanya setingkat mufti lagi, sebagiannya sudah memposisikan diri sebagai ahli jarh wa ta'dil, mentahdzir siapa yang ingin ditahdzir. Membid'ahkan apapun yang ingin dibid'ahkan.
Tentu ini bukan berarti ikut daurah dan halaqah pekanan atau pengajian bulanan itu tidak baik. Yang buruk itu adalah efek karena ngajinya sistem kilat, terus merasa bahwa semua isi ilmu agama sudah dilahap.
Tolong dong kebiasaan buruk semasa sekolah, belajarnya dengan sistem kebut semalam karena besok ada ujian, jangan terus dibawa-bawa kemana-mana. Jelek tauu...
©AST
═══ ❁✿❁ ═══
⤵️https://t.me/subulana
Sumber WAG : SUBULANA I
24 Agustus 2021