Hijrah Kenabian vs Hijrah Kita
By. Ustadz Ahmad Sarwat, Lc.MA
Kita yang hidup di masa sekarang seringkali terkagum-kagum dengan berbagai peristiwa di masa kenabian.
Sehingga wajar bila peristiwa di masa kenabian kadang suka dicopas seenaknya untuk menamakan hal-hal di masa kini.
Secara semangat saya kagum, namun secara logika sering terasa njomplang dan kurang pas.
Sebenarnya sih sah-sah saja, namun jangan sampai malah membelokkan kisah original hijrah aslinya di masa kenabian.
Beberapa catatan yang penting untuk digaris-bawahi antara lain :
1. Bukan Ibadah Ritual
Ketika Nabi SAW berhijrah ke Madinah, latar belakangnya bukan karena hal sakral apalagi sebagai ritual peribadatan.
Hijrah di masa kenabian sekedar sebuah teknik, taktik dan strategi untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum musyrikin. Seandainya tidak ada tekanan, pastinya tidak ada hijrah.
Kalau hari ini kita mengaku berhijrah, pertanyaan mendasarnya : Latar belakang dan niatnya apa? Apakah sekarang ini kita ditekan dalam beragama? Kalau memang iya, oleh siapa? Orang kafir? Siapakah orang kafir yang menekan kita sampai kita kudu berhijrah?
Jawabannya pasti nggak nyambung. Itulah kenapa penyematan istilah hijrah di masa kini sejak awal memang tidak nyambung.
* * *
2. Hanya Untuk Kalangan Tertentu
Di masa kenabian perintah hijrah sifatnya hanya berlaku untuk kalangan tertentu saja dan tidak berlaku untuk kalangan yang lain.
Yang diperintah berhijrah itu hanya penduduk Mekkah yang saat itu tidak ada yang melindungi. Sementara masyarakat Madinah atau kaum Anshar pastinya tidak diwajibkan berhijrah.
Tidak seluruh pemeluk Islam diperintahkan untuk berhijrah di masa kenabian.
Maka ajak-ajakan berhijrah hari ini jadi kurang relevan. Karena hijrah itu khusus buat penduduk Mekkah saja.
Bahkan tidak semua pemeluk Islam di Mekkah diwajibkan hijrah. Ada beberapa penduduk Mekkah yang masuk Islam tapi tidak memungkinkan baginya berhijrah. Salah satunya adalah Puteri Nabi yang bernama Zaenab.
* * *
3. Sempat Dihentikan Sementara
Pada waktunya memang ada perintah hijrah, meski sebatas buat penduduk Mekkah yang tertindas.
Namun ketika terjadi kesepakatan Hudaibiyah di tahun keenam Hijriyah, Nabi SAW justru melarang penduduk Mekkah untuk hijrah ke Madinah.
Ini yang banyak luput dari penyeru istilah hijrah di masa sekarang. Mereka lupa adanya Perjanjian Hudaibiyah yang salah satu isinya justru menghentikan aliran hijrah.
Kalau sudah terlanjur ada yang hijrah, maka Nabi SAW wajib memulangkan ke Mekkah. Dan itu langsung terjadi pada Abu Jandal, putera Suhail bin Amar. Dia sudah sampai Madinah untuk hijrah, namun apa boleh buat terpaksa disuruh pulang balik lagi ke Mekkah.
Hari ini kalau pakai pakai istilah hijrah silahkan saja. Tapi ingat bahwa di masa kenabian hijrah malah sempat dihentikan oleh Nabi SAW.
* * *
4. Akhirnya Perintah Hijrah Dihapuskan
Perjanjian Hudaibiyah yang menghentikan sementara perintah hijrah direncanakan berlaku untuk jangka waktu sepuluh tahun. Setelah itu akan dievaluasi.
Tapi baru berusia 2 tahun, ternyata sekutu Quraisy malah membunuh sekutu kaum muslimin. Maka terjadilah perang Fathu Mekkah di tahun kedelapan.
Dan bagaimana nasib perintah berhijrah usai Fathu Mekkah?
Ternyata seusai pembebasan kota Mekkah, justru perintah hijrah dihapuskan oleh Nabi SAA untuk selama-lamanya.
Dalam kitab Shahih Bukhari, Nabi SAW menegaskan sudah tidak ada lagi perintah hijrah :
عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ قالَ: قالَ النَّبِيُّ ﷺ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ: «لاَ هِجْرَةَ ولَكِنْ جِهادٌ ونِيَّةٌ، وإذا اسْتُنْفِرْتُمْ فانْفِرُوا
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW bersabda ketika Fathu Mekkah,"Tidak ada lagi hijrah setelah Fathu Mekkah. Yang tetap terus diwajibkan adalah jihad dan niat. Bila kalian diperintah untuk berangkat maka berangkatlah". (HR. Bukhari)
* * *
Jadi kalau ada fenomena para artis, tokoh nasional, politikus, motivator atau celeb pada insyaf mulai rajin shalat, ikutan ngji dan pakai hijab, saya sih ogah bilang mereka hijrah.
Terus apa dong?
Ya sudah bilang saja dia apa gitu, insyaf kek, tobat kek, dapat hidayah kek, atau reborn kek. Tapi saya males menyebut kata hijrah. Soalnya memang tidak pas, kurang relevan.
Tapi istilah hijrah sih pilihan saja. Kalau ada yang ngotot mau pakai istilah hijrah, ya nggak bisa dilarang.
Kan zaman sekarang orang sukanya ngotot meski nggak paham. Ya mau dibilang apa coba?
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
12 Juli 2022 ·