Petunjuk umum berguru dan bertareqat dalam ilmu tasawuf
Dalam ilmu tasawuf. Guru itu ada 3 macam:
Pertama guru berkah, kita mengambil berkah pada semua ulama baik yang mengajarkan kita atau tidak, kadang alim, kadang juga ga alim, semua yang baik bisa kita ambil berkah. Sebagian mengatakan bahwa benda-benda pun bisa menjadi guru, selama bisa membuat kita belajar.
Kedua guru ilmiyah, kita memgambil ilmu dan berkah ilmu dari mereka. Mereka terbatas pada guru yang mengajarkan kita, dan tentu boleh lebih dari satu
Ketiga guru tareqah, merekalah guru yang membimbing sair kita menuju tuhan, mereka tempat kita menceritakan isi hati kita, menceritakan perubahan hati, spritual, dan segalanya. Mereka disebut juga mursyid. Dan kita tidak boleh mempunyai lebih dari satu mursyid. Karena dalam ilmu tasawuf siapa yang punya lebih dari satu mursyid maka ga akan wushul. Kalau kata imam syarany, ibarat istri yang memiliki 2 suami.
Saya pribadi sampai sekarang hanya menjalani satu tareqat saja, dari awal hanya satu, tidak berubah. Ga perlu saya menceritakan siapa guru saya, itu urusan saya sama tuhan. Yang pasti mu'tabar, ijazahnya jelas(baik am atau khas), gurunya jelas dan masyhur dikalangan mutakhasisin
Tentu sering saya ditawarkan untuk berbaiat irsyad, mulai dari yang mastur sampai pada wali masyhur dunia yang kayaknya ga ada yang ga kenal, bahkan jika ada yang mengatakan beliau ghaust, para ulama zahir akan menerimanya. Saya menghormati semuanya, saya akan menerima untuk ditalqin, saya akan menerima untuk baiat berkah, saya akan menerima wiridnya, saya menghormati dan tentu ingin ambil berkah dari semua orang baik itu.
Tapi garis merahnya adalah baiat irsyad, itu hanya satu, karena dalam ilmu tasawuf mursyid hanya satu, dan saya sudah punya mursyid, jadi saya akan menolak dengan baik dan memberi tahu bahwa saya punya guru. Dan semua mursyid yang beneran mursyid pasti paham ini, dan ga marah, karena mereka ga mengajak kita untuk berbaiat pada mereka, tapi pada allah dan rasulnya, jadi mau melalui jalur siapa saja tidak masalah. Jadi kita ambil berkahnya, tapi irsyad tetap dari mursyid kira, ibarat kata "mursyid kita itu ayah kita, sedangkan yang lain adalah paman kita"
Jika ada mursyid yang marah dengan itu, berarti kemungkinan besar dia bukan mursyid hakiki, karena ga paham kaidah dasar dalam ilmu tasawuf, kalau irsyad itu hanya sekedar wadhifah. Jadi kalau mau baiat ya baiat aja baiat berkah. Kalau irsyad, itu harus istikharah lama, biasanya mursyid kamil juga mengarahkan pada istikharah, ga langsung setuju, karena tugas irsyad itu tanggung jawab, bukan nambah-nambah pengikut.
Jadi tareqat itu bukan nambah-nambah pengikut, bukan mengajak agar orang-orang ikut tareqat kita, bukan bangga-banggaan guru saya ghaust atau qutub, tapi murni memperbaiki diri agar makin dekat dengan allah, bahkan jika guru kita bukan ghaust, hanya mursyid biasa, dikampung, jika seorang murid shadiq dalam thalab, bisa jadi membuatnya lebih dekat dengan allah bahkan dibanding dengan murid qutubuzzaman.
Jadi berhentilah bertariqat seperti itu adalah persaingan antar kelompok atau gagahan, tareqat itu bukan UCL, dimana saling mengalahkan dan membanggakan, tapi tareqat jalan menuju allah, dimana seharusnya saling menolong dan mendukung. Wallahualam
Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzaghi
1 Juni 2022 pada 16.51 ·