Akidah Syaikh Ibnu Abdil Barr VS Bin Baz
Saya selalu tersenyum ketika melihat kawan-kawan pendaku salafi (Wahabi) menukil ucapan para tokoh klasik. Mereka kebanyakan hanya taklid buta pada ustadz dan masyayikh mereka. Celakanya, panutan mereka jarang sekali mengutip akidah tokoh klasik (salaf) secara utuh tetapi pilih-pilih mana yang cocok dan menyembunyikan mana yang tidak cocok. Akhirnya pelajar mereka jatuh pada khayalan seolah para tokoh klasik semuanya seakidah dengan mereka, padahal jauh panggang dari api.
Sebagai contoh, saya nukilkan bagaimana akidah Syaikh Ibnu Abdil Barr al-Maliki (368-463 H) yang sepertinya sulit anda temui di buku-buku pendaku salafi meskipun mereka sering sekali menyebut dan menyanjung nama ini dan mengesankan akidah beliau sama dengan mereka. Beliau berkata:
التمهيد لما في الموطأ من المعاني والأسانيد (7/ 137)
وَقَدْ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا وَلَيْسَ مَجِيئُهُ حَرَكَةً وَلَا زَوَالًا وَلَا انْتِقَالًا لِأَنَّ ذَلِكَ إِنَّمَا يَكُونُ إِذَا كَانَ الْجَائِي جِسْمًا أَوْ جَوْهَرًا فَلَمَّا ثَبَتَ أَنَّهُ لَيْسَ بِجِسْمٍ وَلَا جَوْهَرٍ لَمْ يَجِبْ أَنْ يَكُونَ مَجِيئُهُ حَرَكَةً وَلَا نَقْلَةً
"Allah Yang Maha Agung telah berfirman "Tuhanmu telah datang dan Malaikat berbaris-baris". Kedatangan Allah bukanlah bermakna pergerakan, menyingkir dari suatu tempat atau pun perpindahan sebab makna ini hanya terjadi bila yang datang adalah jisim atau jauhar. Ketika sudah valid bahwa Allah bukan jisim dan bukan jauhar, maka kedatangannya tidak harus bermakna bergerak atau berpindah tempat". (at-Tamhid)
Jadi, jelas sekali poin akidah beliau adalah Allah bukan jisim atau pun jauhar sehingga istilah "Allah datang" tidak bermakna adanya perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam kerangka inilah penjelasan beliau tentang makna istawa, nuzul dan lainnya harus ditempatkan. Akidah ini sama persis dengan yang diajarkan oleh ulama Asy'ariyah dari berbagai masa.
Lalu apakah para pendaku salafi (Wahabi) seakidah dengan Ibnu Abdil Barr? Sama sekali tidak. Syaikh Bin Baz dengan frontal mengkritik akidah ulama salaf tersebut. Ketika Imam Al-Hafidz al-Baihaqi al-Asy'ariy (384-458 H) berkata sama persis dengan Ibnu Abdil Barr sebagai berikut:
والنزول والمجيء صفتان منفيتان عن الله من طريق الحركة والانتقال من حال الى حال
"Turun dan datang adalah dua sifat yang dinafikan dari Allah dari makna bergerak dan berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain". (As-Sunan al-Kubra)
Maka Bin Baz berkomentar sebagai berikut:
ولا شك أن هذا القول باطل مخالف لما عليه أهل السنة والجماعة
"Tiada keraguan bahwa ucapan ini batil menyelisihi keyakinan Ahlussunnah wal Jama'ah". (Dikutip dari ar[dot]islamway[dot]net)
Ahlussunah wal Jamaah sebelah mana yang dimaksud Bin Baz? Tentu saja yang dimaksud tidak lain adalah kelompok Taymiyun yang akidahnya hanya berpusat pada Ibnu Taymiyah dan hanya mengutip ucapan salaf yang cocok dengannya lalu menyembunyikan yang tidak cocok. Ahlussunah wal Jamaah yang asli adalah Asy'ariyah-Maturidiyyah yang di antara tokohnya adalah Imam al-Baihaqi dan juga dalam hal ini disepakati oleh Ibnu Abdil Barr.
Lalu apakah menurut pendaku salafi Ibnu Abdil Barr sesat sebagaimana al-Baihaqi juga dianggap menyelisihi kebenaran? Kalau demikian, seharusnya mereka berhenti menukil dari kedua tokoh ini dan jangan mendompleng nama besar keduanya. Setidaknya semoga mereka jujur mengungkap banyak sekali perbedaan antara akidah mereka dan akidah para tokoh ulama salaf sebab mereka memang hanya meneruskan ajaran Ibnu Taymiyah bukan meneruskan Salaf meskipun memakai istilah "salaf" sebagai kamuflase.
Semoga bermanfaat.
Sumber FB : Ustadz Abdul Wahab Ahmad
25 Juni 2022 pada 13.32 ·