Ibadah Penduduk Mekkah Saat Nisfu Sya'ban dan Adzab Orang yang Bermaksiat Pada Nisfu Sya'ban

Ibadah Penduduk Mekkah Saat Nisfu Sya'ban dan Adzab Orang yang Bermaksiat Pada Nisfu Sya'ban

Ibadah Penduduk Mekkah Saat Nisfu Sya'ban dan Adzab Orang yang Bermaksiat Pada Nisfu Sya'ban.

Para ulama kita sangat memerhatikan setiap momen besar dalam islam. Di antara perhatian yang mereka kerahkan berupa karya untuk memberikan pencerahan kepada umat tentang berapa berharganya momen ini di mata agama. Misalnya malam nisfu sya'ban yang sedikit lagi akan datang. Ada puluhan kitab yang ditulis pada tema ini. 

Di antara ulama besar tersebut, ada Al-Faqih Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 975 H) penulis kitab Tuhfah Al-Muhtaj, yang menulis kitab Al-Idah wa Al-Bayan fi Lailah Al-Nisfi min Al-Sya'ban. Kemudian ada Al-Muhaddits Najmuddin Al-Ghaiti (w. 981 H) yang menulis kitab Mawahib Al-Karim Al-Mannan fi Al-Kalam 'ala Awail Surah Al-Dukhan wa Fadhail Lailah Al-Nisfi min Sya'ban. Yang kemudian kitab ini diringkas oleh murid beliau: Al-Faqih Salim bin Muhammad Al-Sanhuri (w. 1015 H) dalam kitab yang berjudul Al-Kasyfu wa Al-Bayan an Fadhail Laila Al-Nisfi min Sya'ban, yang baru saja kemarin kitab ini dibaca oleh guru kami, Syekh Mustafa Abu Zaid. Dan seterusnya, sangat banyak kitab para ulama yang membahas hal ini.

Ada banyak hadits yang secara gamblang menyebut kemuliaan malam Nisfu Sya'ban. Di antaranya hadits tersebut seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya melalui jalur Mu'adz bin Jabal, bahwa Rasulullah bersabda:

يطلع الله الى خلقه في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن.

 “Allah memandang (dengan pandangan khusus) kepada makhluk ciptaannya pada malam Nisfu Sya'ban, kemudian Allah ampuni mereka semua kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.”

Kemudian ada hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Al-Munzir, Al-Bazzar dan Al-Baihaqi melalui riwayat Abu Bakr dengan makna yang sama dengan hadits sebelumnya, hanya saja beda pada beberapa kalimat, seperti awal hadits yang dalam riwayat ini disebut bahwa Rahmat Allah turun pada malam nisfu sya'ban, dan dengan rahmat ini Allah akan mengampuni semua makluk ciptaannya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan. 

Syekh Al-Muhaddits Muhammad Al-Hafidz Al-Tijani, guru dari pada Syekh Ali Jum'ah, Syekh Yusri Jabr, dan Syekh Ali Shalih, menyatakan dalam salah satu kitab beliau yang menjelaskan keutamaan malam Nisfu Sya'ban, bahwa dua hadits tersebut sudah cukup untuk menerangkan kemuliaan malam tersebut. Adapun jika ditemukan riwayat hadits yang lain dengan sanad yang masih dipertanyakan, maka hadits itu cukup sebagai penguat dua hadits di atas.

Pertanyaan yang sering dilayangkan masyarakat tentang ibadah apa yang harus dilakukan pada malam tersebut? Yang sering dilakukan oleh para guru-guru kami, mereka menghidupkan malam tersebut dengan membaca surat Yasin 3 kali dengan niat-niat khusus seperti panjang umur dan dipelihara dari keburukan.

Membaca yasin 3 kali yang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia ini, sebagaimana yang difatwakan oleh Syekh 'Ali Jum'ah merupakan hal yang dilegalkan oleh syariat, karena masih masuk kepada anjuran untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Syekh 'Ali memberikan tambahan, hal tersebut diperbolehkan selama pelakunya tidak meyakininya sebagai hal yang wajib dilakukan, dengan sekira dianggap berdosa jika tidak melakukan kegiatan tersebut. 

Beda negara beda juga ibadah yang dilakukan. Guru dari guru-guru kami, seperti Syekh Rasyid Ahmad Al-Kankuhi, Sayyid Husein Ahmad Al-Madani dan Syekh Zakariya Al-Kandahlawi dan mayoritas murid mereka akan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan berbagai ibadah, bahkan mereka juga akan berpuasa di hari Nisfu Sya'bannya.

Flashback jauh ke belakang, pada abad ke 3 Hijriah, ada Khalid bin Ma'dan dan Luqman bin 'Amir, dua orang Tabi'in yang jika sudah masuk malam Nisfu Sya'ban, mereka akan menggunakan pakaian terbaik yang ada, membakar bukhur, dan memakai celak pada mata mereka. 

Abad ke 4, Syekh Abdullah bin Muhammad Al-Fakihi Al-Makki (w. 353 H) dalam kitab Akhbar Mekkah mengisahkan bahwa para penduduk Mekkah saat malam Nisfu Sya'ban:

أهل مكة فيما مضى الى اليوم إذا كان ليلة النصف من شعبان، خرج عامة الرجال و النساء الى المسجد الحرام، فصلوا و طافوا و أحيوا ليلتهم حتى الصباح بالقراءة في المسجد الحرام، حتى يختموا القرآن كله، و يصلوا، و من صلى منهم تلك الليلة مائة ركعة يقرأ في كل ركعة بالحمد و قل هو الله أحد عشر مرات و أخذوا من ماء زمزم تلك الليلة، فشربوه و اغتسلوه به و خبؤوه عندهم للمرضى يبتغون بذلك البركة في هذه الليلة. 

“Penduduk Mekkah dahulu hingga saat ini, jika masuk malam Nisfu Sya'ban, mereka semua akan keluar ke Masjid Al-Haram, untuk shalat, thawaf, dan menghidupkan malam tersebut hingga pagi dengan membaca Al-Quran di Masjid Al-Haram hingga khatam, dan kemudian mereka shalat. Dan di antara mereka pada malam tersebut ada yang shalat 100 rakaat, yang setiap rakaatnya membaca Al-fatihah dengan 10x surat Al-ikhlas. Mereka juga mengambil air zamzam pada malam tersebut, untuk diminum dan digunakan untuk mandi. Juga air zamzam yang diambil pada malam tersebut mereka simpan untuk dijadikan obat bagi orang yang sakit dengan keberkahan malam tersebut.”

Intinya, para ulama tersebut, mulai dari menulis kitab hingga memberikan contoh dengan berbagai ibadah ingin mengajarkan kita akan pentingnya malam tersebut dengan mengikuti jalan mereka; menghidupkannya dengan ibadah, apapun itu, dan jangan peduli terhadap orang yang menuduh hal tersebut dengan bid'ah, atau dengan ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh salaf. Silahkan jika tidak ingin menghidupkan malam tersebut, tapi jangan ganggu saudara anda yang beribadah dengan tuduhan dan sumpah serapah. 

Tugas kita hanya beribadah dan menjaga diri sebaik mungkin jangan sampai terjatuh pada perbuat maksiat pada malam tersebut. Imam Ghazali pernah berkata, salah satu tanda Allah membenci seorang hamba adalah dia melakukan maksiat di saat malam yang Allah pilih untuk menurunkan lebih banyak kasih sayang pada malam tersebut, agar siksaan yang dapat lebih pedih. Orang yang lain sibuk mencari kasih sayang tersebut, dia malah dengan lancang nya bermaksiat. 

Al-Imam Al-Syaukani mengutip sebuah kisah dari Al-Qadhi Muhammad bin Al-Hasan Al-Kaukababi yang diceritakan pada bulan Syawwal, 1111 H:

Dulu di Syibam (salah satu nama daerah di Hadramaut yang dikenal dengan sebutan Chicago of Desert atau Manhattan of the Desert, karena banyaknya bangunan yang terbuat dari lumpur), ada seorang lelaki yang sangat merindukan seorang perempuan. Ia dikenal oleh penduduk setempat sebagai orang yang berperilaku tidak baik. 

Dia sering bertemu dengan perempuan tersebut, dan perempuan itu juga tidak mampu untuk menolak karena sang lelaki yang terus memaksa. Akhirnya, sang lelaki membuat kesepakatan untuk bermesraan dengan sang perempuan di rumah miliknya. Kebetulan waktu itu sedang musim panen dan bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban, malam yang dikenal dengan malam yang penuh dengan keberkahan. 

Saat tengah malam, masyarakat pun sudah hampir semuanya tertidur. Tiba-tiba terdengar suara petir yang amat besar. Orang yang menceritakan kisah ini mengaku salah satu dari orang yang mendengar sambaran petir tersebut. 

Masyarakat yang mendengar terbangun dan langsung diliputi rasa cemas. Mereka semua naik atap rumah untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata ada yang memberikan info bahwa terjadi sebuah peristiwa di rumah laki-laki yang berduaan dengan perempuan tersebut. Masyarakat saat itu belum tau bahwa ada perempuan asing yang menginap di rumah lelaki itu. 

Saat mereka mengecek ke rumah lelaki itu, ternyata ada meteor kecil yang baru saja jatuh, dan tepat menimpa rumah si lelaki yang kini sebagain besar rumahnya sudah hancur. Masyarakat yang tau bahwa lelaki itu tidur di sana semalam pun mulai mencari-cari keberadaannya. 

Saat ditemukan, ternyata lelaki tersebut sudah wafat dalam keadaan menyetubuhi perempuan yang dia ajak semalam. Ini merupakan azab bagi orang yang berani bermaksiat pada malam yang dimuliakan oleh Allah dengan karunia-Nya. Kisah ini dan beberapa faidah di atas saya kutip dari kitab Tazkirah Al-Du'ah wa al-Awam karya guru kami: Syekh Izzuddin Abdullah Al-Naqsyabandi, yang mana beliau mengutip kisah tersebut dari kitab Al-Badr Al-Thali' karya Iman Al-Syaukani. 

___

Fahrizal Fadil. 

Senin, 14 Maret 2022.

Sumber FB Ustadz : Fahrizal Fadil

14 Maret 2022 pada 23.09  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Ibadah Penduduk Mekkah Saat Nisfu Sya'ban dan Adzab Orang yang Bermaksiat Pada Nisfu Sya'ban - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan Taufiq Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®