Adab-adab Syar`i Bagi Wanita yang Bekerja
Perempuan yang bekerja boleh, asal memenuhi adab-adab syar`i nya. Karena ada perempuan yang ditakdirkan lebih pintar mencari uang, ditakdirkan memiliki suami yang penghasilannya pas-pas an. Bahkan perempuan yang bekerja – meski gajinya adalah uang dan haknya sendiri – tapi jika uang tersebut digunakan untuk keperluan keluarganya, maka ia mendapat 2 pahala sekaligus: pahala sedekah dan pahala silaturahmi, sebagaimana disebutkan dalam kisah istri Ibn Mas`ud dalam riwayat Shahih Bukhari.
Jangan sampai bekerja dengan niat “Perempuan kan harus mandiri sendiri, nanti kalau suami meninggal dunia dulu gimana, nanti kalau dicerai bagaimana”. Subhanallah, husnudzan-lah dengan takdir Allah.
Janganlah pekerjaan menjadikanmu jumawa, bahkan saya pernah menemukan perempuan yang karena punya penghasilan sendiri akhirnya merasa mampu hidup mandiri, saat ada percekcokan dengan suami akhirnya ia berkata “biar saja dicerai, toh aku punya penghasilan sendiri”.
Nastaghfirullah wa natubu ilahi...
Perempuan boleh bekerja, tapi jangan merendahkan yang memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Setiap manusia ditakdirkan dengan jalan ibadah masing-masing, ada yang sedekahnya dengan uang, sedekah dengan ilmu, sedekah jasa, sedekah tutur kata yg baik. Ada yang ibadahnya dengan mengajar, ibadah dengan merawat orang sakit, ibadah dengan bekerja untuk nafkah keluarga, ada yang jalan ibadahnya dengan menjadi ibu rumah tangga.
Maka jangan lontarkan pertanyaan, "koq saya CUMA begini saja kerjaannya?" Tapi, apakah pekerjaan saya ini mengantarkan pada ridha-Nya?! Jangan jumawa "aku lebih hebat dari temanku yg hanya menggandalkan uang nafkah suaminya," jangan, karena jalan ibadah setiap orang itu berbeda.
Betapa banyak amalan yang kecil di mata manusia namun besar di mata Allah, karena NIATnya.
(sebagian besar materi dikutip dari Buku Ustadz Muafa Islam dan Kedokteran dan Islam dan Kebidanan dengan beberapa tambahan).
Barakallah fiikum.
Sumber FB Ustadzah : Sheila Ardiana
10 Maret 2022 ·