Fanatisme Itu Mematikan

Fanatisme Itu Mematikan - Kajian Islam Tarakan

FANATISME ITU MEMATIKAN

oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Siapa yang tidak mengenal atau minimal pernah mendengar nama Hajjaj bin Yusuf al Tsaqafi ? Sosok yang tenar sebagai tukang jagal manusia dalam sejarah Islam. Ia tak pernah segan untuk menghabisi siapapun yang ia anggap sebagai lawan politiknya.

Demikian durjananya orang ini, sampai Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengatakan tentangnya : "Seandainya setiap umat menunjuk orang yang terjahat di tengah-tengah mereka, maka kita cukup menunjuk orang ini untuk mewakili semua kejahatan kita."

Hajjaj sebenarnya adalah seorang qurra' dan ulama ahli fiqih. Bahkan bukan sekedar hanya ahli Quran dan faqih biasa, dia termasuk yang terbaik di zamannya. Namun sayangnya, semua keilmuannya yang mumpuni tidak berarti apapun saat satu penyakit menghinggapinya, yakni fanatisme.

Yah, begitu diangkat menjadi pejabat dinasti Umawiyah, nyaris sikapnya berubah. Atas nama loyalitas dan pengabdian, ia tak segan-segan melakukan manuver politik yang berlumuran darah.

 Siapapun yang tidak sejalan dengan konsep pemahamannya tentang cinta dan loyalitas kepada negara, akan langsung distempel olehnya sebagai khawarij dan pemberontak yang halal darahnya.

Lalu berlanjutlah dengan pembantaian demi pembantaian. Yang korbannya bukan hanya dari rakyat biasa, tapi juga dari kalangan para ulama.

Begitulah, sejarah kelam ditorehkan oleh orang seperti Hajjaj bin Yusuf, satu dari sekian banyak contoh orang-orang berilmu tapi dibutakan oleh fanatisme kelompok dan loyalitas yang kebablasan.

Sebuah renungan, jika yang alim seperti Hajjaj saja bisa demikian sesat, apalagi yang awam dan bukan ahli apa-apa terus diberi peluang jabatan. Atau disuntik paham fanatik kelompok. Pasti akan lebih sesat lagi.

Pantas saja kemudian jika hari ini kita melihat adanya fenomena anggota ormas, partai atau kelompok yang mengaku berasaskan Islam, ketika telah bisa duduk di lingkaran kekuasaan, justru bukan Islam yang mereka perjuangkan, tapi hanya konsen membesarkan kelompoknya saja. 

Bahkan tak peduli jika harus dengan cara mengkerdilkan saudaranya sendiri atau memusuhi ulama dan kaum muslimin.

Ini juga jawaban mengapa mereka yang ketika ngaji kepada arus pemikiran tertentu, terus didoktrin dengan klaim bahwa hanya merekalah yang ahlussunnah, yang lainnya sesat dan ahli bid'ah, berubah menjadi bengis, sadis dan mudah menvonis.

Jika dahulu orang seperti Hajjaj fanatiknya kepada kekuasaan yang masih menjalankan hukum syariah, hari ini banyak orang yang fanatik kepada partai dan golongan yang bahkan jelas-jelas menjadikan aturan agama sebagai musuhnya.

Dahulu taqlid dan fanatik itu dialamatkan kepada ulama yang memang berilmu, sedangkan hari ini taqlidnya kepada tokoh yang punya pengaruh. Tak penting ilmunya, yang terpenting banyak folowersnya.

Dahulu fanatik itu kepada madzhab dan sanad keilmuan, sekarang fanatiknya kepada kelompok dan organisasi, tak penting yang dibela itu ijtihad atau sekedar manuver politik.

Wallahu musta'an.

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

Kajian Favorit  · 1 November 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Fanatisme Itu Mematikan - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan Taufiq Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®