Keutamaan Puasa Sunnah Di Hari Asyura (10 Murarram)
KEMULIAAN BULAN MUHARRAM
Subhanallah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan awal tahun hijriah itu bulan haram, dan menjadikan akhir tahun hijriah pun bulan haram. Diawali tahun hijriah dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Keduanya adalah bulan haram, seakan memberikan kepada kita sebuah isyarat agar memulai tahun dengan kebaikan dan mengakhiri tahun dengan kebaikan. Karena bulan-bulan haram merupakan bulan-bulan kebaikan,
Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya jumlah bulan ketika Allah menciptakan langit dan bumi adalah dua belas bulan, di antaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah[9]: 36)
Kita memulai tahun ini dengan bulan Muharram, dimana bulan Muharram adalah bulan yang Allah istimewakan. Diantara keistimewaan bulan Muharram, Allah menamainya sebagai bulan Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
شَهْرُ اللَّهِ المُحَرَّمُ
“Bulan Allah Muharram” (📖HR. Muslim)
Allah menyebutkan bahwa Muharram itu bulan Allah. Itu menunjukkan betapa agungnya bulan ini. Bulan Muharram yang Allah haramkan atas kita semua. Sebagaimana kita sering mendengar penjelasan dari para asatidzah bahwa di bulan-bulan haram, amalan-amalan keburukan dilipatgandakan menjadi besar.
🕋 Karena Allah mengatakan dalam Al-Qur’an:
فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Jangan kalian mendzalimi diri-diri kalian sendiri di bulan-bulan haram tersebut.” (📖QS. At-Taubah[9]: 36)
Artinya berbuat dzalim di bulan itu akan Allah lipat gandakan, Allah besarkan dosanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian pula amalan shalih pun dibesarkan pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantara amalan yang bisa kita amalkan di bulan Muharram, saudaraku. Yaitu yang disebut dengan puasa ‘Asyura.
🕋 Dimana puasa ‘Asyura kata Rasullullah:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَة
“Puasa ‘Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (📖HR. Muslim)
Subhanallah.. betapa agungnya puasa ini. Bahkan di awal-awal Islam, ketika Allah belum diwajibkan puasa Ramadhan, puasa ‘Asyura itu termasuk puasa yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’al kepada kaum muslimin.
Akan tetapi ketika Allah mewajibkan bulan Ramadhan, Allah menjadikan puasa ‘Asyura sesuatu yang tidak wajib. Namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan kita untuk berpuasa di hari itu dan menyebutkan keutamaannya yang agung sebagaimana kita telah sampaikan tadi.
Maka dari itulah saudaraku.. Orang-orang yang mengingikan kebaikan, orang-orang yang menginginkan agar dosanya digugurkan, ini adalah kesempatan emas untuk kita digugurkan dosa-dosa kita setahun yang lalu.
Namun ketika kita berpuasa ‘Asyura, Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam membimbing kita agar berpuasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Hal ini dalam rangka menyelisihi orang-orang ahli kitab.
🕋 Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Kalaulah masih ada waktu di tahun mendatang, aku ingin sekali berpuasa di tanggal 9” (📖HR. Muslim)
Kenapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingin berpuasa di tanggal 9?
Karena untuk menyelisihi ahli kitab tentunya. Karena orang-orang ahli kitab pun berpuasa di hari itu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits lainnya, yaitu ketika Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam datang ke kota madinah, didapati orang-orang ahli kitab (orang-orang Yahudi) berpuasa di tanggal 10 Muharram. Kemudian Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka, “hari apa ini?” Mereka berkata, “Ini adalah hari yang Allah menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun, maka kami ingin berpuasa di hari ini.”
🕋 Maka kemudian Rasullullah bersabda :
فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa pada tanggal 10 ‘Asyura ini.” (📖HR. Muslim)
Karena orang Yahudi pun berpuasa di tanggal ini, maka Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk menyelisihi mereka.
Karena saudaraku, menyelisihi ahli kitab adalah merupakan perkara yang telah Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan kepada kita.
🕋 Dan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kita untuk menyerupai mereka, beliau bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (📖HR. Abu Daud)
Maka agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi, Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada tanggal 9 atau 11 nya, sehingga dia puasa yang tidak sesuai atau tidak serupa dengan puasanya orang-orang yahudi.
Saudaraku,
Maka dari itulah, kita berusaha semaksimal mungkin untuk bisa berpuasa pada tanggal itu.
🕋 Karena Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan:bulan Ramadhan yaitu:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
“Seutama-utama berpuasa setelah yaitu berpuasa dibulan Allah Muharram” (📖HR. Muslim)
Ternyata puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan yaitu berpuasa di bulan Muharram. Ini menunjukkan bahwa di bulan Muharram ini kita sangat dianjurkan untuk berpuasa. Karena nilainya sangat besar, sangat tinggi di sisi Allah, bahkan Rasullullah mengabarkan bahwa itu merupakan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan.
Saudaraku,
Bulan Muharram ini marilah kita mulai dengan lembaran yang lebih putih. Marilah kita berusaha memperbaiki dan membenahi diri. Ketika kita setahun kemarin telah banyak berbuat dosa dan maksiat, maka kita berusaha di tahun ini untuk bertaubat dan banyak beramal shalih.
Demi Allah, kita tidak tahu kapan ajal akan mendatangi diri kita, entah itu besok atau lusa, atau mungkin tahun yang akan datang, kita tidak tahu.
Maka setiap mukmin, tugasnya dia adalah mempersiapkan dirinya menuju kematian itu, yaitu dengan memperbanyak amal shalih, saudaraku.
Dan ini di bulan yang sangat tepat kita untuk beramal shalih di dalamnya. Sehingga pada waktu itu kita bisa mendapatkan pahala yang melimpah ruah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian saudaraku, disana ada perkara-perkara yang diyakini oleh sebagian muslimin bahwa itu termasuk syariat islam, padahal itu bukan syariat Islam sama sekali. Sebagian kaum muslimin memiliki keyakinan bahwa tanggal 10 ‘Asyura itu “Lebarannya anak yatim” katanya.
Mereka punya keyakinan itu, dan mereka menyantuni anak yatim di hari itu, padahal sama sekali tidak ada dalil dari Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak pula ada keterangan dari para sahabat, tidak pula para Tabi’in, tidak pula imam yang empat, tidak pula para ulama hadits, semua itu diada-adakan wahai saudaraku.
Justru kata para ulama tentang 10 ‘Asyura ini ada firqah yang menyimpang. Firqah Syi’ah. Mereka menjadikan hari ‘Asyura sebagai hari berkabung, bahkan mereka menyiksa diri pada waktu itu.
Tidak demikin dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah menghormati tanggal 10 itu dengan cara berpuasa.
Sebagian orang sholeh bersungguh-sungguh menyantuni anak yatim di bulan ini, meskipun di bulan-bulan lain tetap penuh santunan. Karena Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam telah mengabarkan bahwasannya menyantuni anak yatim dianjurkan di waktu kapan saja sepanjang tahun.
🕋 Rasullullah bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً
“Aku dan orang yang menanggung hidup anak yatim kelak di surga seperti ini”, kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau (dekat tempatnya). (📖HR. Bukhari)
Semoga bermanfaat
Sumber FB Ustadz : Alhabib Quraisy Baharun
14 Agustus 2021 pada 21.38 ·