Pelatihan Ilmu Waris by Rumah Fiqih Indonesia Batch IV
Lokdon Lagi?
Santai saja kita di rumah jangan kemana-mana dulu.
Tapi dari pada cuma gabut nggak ada kerjaan, kenapa juga nggak sekalian diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, positif, sehat dan bergizi ilmu tinggi?
Dari pada berinternet cuma untuk baca berita sedih, atau sekedar ribut-ribut masalah yang kita tidak terlalu kuasai, mengapa juga nggak kita isi kesempatan emas ini dengan belajar memperdalam ilmu yang jarang-jarang ketemu?
Ilmu apa itu?
oOo
Ilmu waris alias ilmu faraidh. Saya pribadi punya cerita unik tentang ilmu yang satu ini.
Ceritanya dulu waktu masih kuliah di LIPIA, rupanya muttaqfaqun 'alihi bahwa ilmu faraidh ini termasuk mata kuliah yang lumayan ditakuti oleh teman-teman sekelas.
Tahu kenapa?
Ya, karena hitung-hitungannya termasuk njelimet, susah, rumit dan bikin pusing karena nggak paham-paham juga, meski sudah diterangkan dosen berkali-kali.
Awalnya saya merasa rendah diri dan minder, kok saya merasa kurang pinter ya. Apa gara-gara dulu saya bukan jebolan pesantren dan hanya sekolah di SMA saja?
Namun alhamdulillah, ternyata yang merasa kurang pinter bukan hanya saya. Hehe merasa senang juga ketika ada yang kurang pinter.
Dan semua itu terasakan ketika mendekati hari-hari ujian. Sampai ada inisiatif di kelas untuk melaksanakan bimbel alias bimbingan belajar.
Sampai pernah sekelas minta kepada teman yang paling pinter pelajaran faraidh ini untuk menjelaskan kembali kepada kita, apa-apa yang harus kita kuasai. Soalnya kalau pas dosen ngajar di kelas, mau tanya kok takut ditertawakan teman sekelas. Jadi nggak bisa dan diam saja sambil membisu.
Rupanya teman saya yang pinter banget itu hanya pintar untuk dirinya sendiri. Tapi kalau diminta menjelaskan duduk perkaranya, sama saja njelimetnya dengan dosen di kelas.
Akhirnya acara bimbel gagal total. Dan teman sekelas banyak sekali yang tidak lulus ujian ilmu faraidh. Sampai berkali-kali ikut ujian susulan.
oOo
Sampai suatu ketika waktu sudah lulus, saya mendapatkan kiriman aplikasi CD interaktif software hitung waris dari Shakhr. Berbahasa arab tentunya.
Uniknya, begitu diaktifkan, langsung terpampang strutur bagan nasab keluarga yang bersifat interactiv. Ada 22 ppihak yang masing-masing bisa diisi dengan data keberaaannya.
Misalnya ada ayahnya almarhum, bisa kita klik atau centang. Lalu ada ibunya, kita klik dan centang. Lalu ada istrinya, bisa dicentang sekalian jumlahnya. Lalu ada anak laki dan anak perempuan, bisa dipilih masing-masing berapa orang jumlahnya.
Lalu langsung keluar hasilnya saat itu juga. Jelas tertera masing-masing dapat berapa bagian. Lalu uniknya, karena ini merupakan CD interaktif, begitu saya koreksi datanya, maka hasilnya pun ikut berubah alias terkoreksi.
Misalnya, jumlah anak saya kurangi dari 4 laki 2 perempuan menjadi 2 laki dan 1 perempuan, maka hasilnya otomatis langsung berubah.
Dan begitulah akhirnya saya asyik sendiri dengan CD interaktiv itu yang saya perlakukan seperti sebuah software games komputer.
Bahkan saking asyiknya, lama-lama saya hafal juga kebiasaan-kebiasaan yang akan dijawab oleh software itu.
Misalnya, lama-lama saya perhatikan, istri itu selalu dapat 1/8 bagian. Ayah selalu dapat 1/6 bagian dan begitu juga ibu dapat 1/6 bagian.
Karena berbentuk chart grafik, maka posisi-posisi seperti istri, ayah, ibu, anak laki dan anak perempuan, semua begitu jelas dan transparan.
Seringkali malah saya bisa menebak duluan, kalau saya masukkan data seperti ini, maka hasil hitungannya pasti akan begini. Dan alhamdulillah ternyata benar.
Akhirnya saya berkesimpulan, ini adalah cara belajar yang paling mengasyikkan. Kita seperti sedang bermain-main dengan sebuah simulasi pembagian waris, bisa dimainkan dan dijelaskan alasan-alasannya secara mudah.
Intinya, saya dapat begitu banyak pencerahan justru setelah mengotak-atik CD interaktif. Dan uniknya, ketika saya coba cocokkan dengan teori yang ada di buku kuliah saya, kok semua itu ternyata cocok.
Surprise juga sih . . .
Cuma bedanya, dulu waktu kuliah, setiap kali diterangkan, sama sekali tidak tergambar di benak kepada kita. Ibarat kita cerita tentang serunya pengalaman malam pengantin baru, tapi kepada jobmlowan dan jomblowati sejati. Yah, mulut mereka cuma menganga lebar sambil ngiler, tapi tetap nggak paham. Susah lah pokoknya.
Bisa sih mereka membayangkan, tapi sifatnya abstrak sekali. Boleh jadi ceritanya kemana dan yang dibayangkan kemana lagi, tidak jelas.
oOo
Maka berangkat dari prinsi yang digunakan oleh CD interaktif itulah saya merasa lebih paham dan nampaknya juga lebih simpel metodenya.
Dari situlah kemudian saya mulai bisa lebih percaya diri untuk menjawab soal-soal terkait dengan penghitungan waris. Bahkan saking seringnya saya mainkan 'games waris' itu, sampai-sampai saya hafal sendiri dan bisa menghitung waris tanpa bantuan software itu sama sekali.
Bahkan saya bisa menjelaskan alur logika yang sebenarnya amat sangat sederhana itu, ketika ada yang bertanya kenapa begini dan kenapa begitu.
Uniknya, mereka yang saya jelaskan itu pun cepat paham juga. Sebab memang masalahnya sangat simple dan sederhana. Cuma saya tidak tahu, kenapa kalau belajar faraidh di kelas kok rasanya gak paham-paham juga.
oOo
Lama-lama saya amati, ketemu juga alasannya, misalnya :
1. Di kelas kita belajar faraidh itu kan pakai kitab berbahasa Arab. Dosennya pun pakai bahasa Arab. Ada begitu banyak istilah-istilah yang muncul dan kita kurang begitu nyambung dengan maknanya.
Ibarat komputer kurang memori jadi lemot dan tidak bisa ikuti alur pelajaran dengan cepat. Orang sudah pakai core-i seven, dia masih pakai AT-286. Ya cepat heng dan ngebul.
2. Metote penghitungan di pelajaran format itu memang ideal sekali, namun juga kepraktisannya menjadi jauh berkurang.
Padahal dalam hal hitung-hitungan, yang dibutuhkan adalah logika dasar dan latihan yang banyak.
Masalahnya, logika dasarnya pun rada brebet nih, ibarat bensin kecampuran minyak tanah. Gak bisa digeber. Jadi mana bisa latihan dilakukan.
3. Banyak bicara hal-hal yang tidak implementatif
Misalnya gimana pemecahan masalah kalau ada orang sekeluarga matinya bareng-bareng. Atau ada kasus bayi lahir punya dua alat kelamin sekaligus (khuntsa).
Atau pembagian waris bila bayinya belum lahir. Itu kan sama sekali tidak penting, ngapain dibahas. Kalau pun ada kasus macam itu, kan jarang-jarang terjadi.
Sedangkan masalah yang muncul di tengah fenomena masyarakat Indonesia, justru sama sekali tidak pernah dibahas.
Bukan apa-apa sih, sebab kita belajar faraidh kan pakai kitab yang ditulisnya sudah 1.000 tahun yang lalu.
Jadi wajar kalau banyak contoh masalah yang tidak nyambung dengan kasus kekinian.
4. Metode Short-Cut
Saya kebetulan pernah sekolah di SMA jurusan A1 Fisika, selain itu juga suka ikut bimbel. Nah pelajaran di kelas yang diajarkan guru memang jadi kurang implementatif.
Tapi begitu dijelaskan oleh guru bimbel, kok semua jadi mudah dan sederhana ya?
Rupanya di bimbel itu ada pendekatan yang praktis. Untuk menghitung sesuatu, setelah dijelaskan dasar-dasar kedudukannya dengan santai dan sambil becanda bahkan.
Waktu menghitung bisa dibikin jadi amat sangat sederhana. Tanpa harus banyak terjebak dengan berbagai istilah yang aneh-aneh.
oOo
Dari sanalah saya akhirnya berpikir, seharusnya konsep pengajaran ilmu waris ini dibikin lebih simpel dan sederhana. Para pemula jangan dibikin pusing dengan berbagai macam istilah yang bukan bikin paham, malah jadi muter-muter.
Itu coba saya hindari jauh-jauh. Jangan muter-muter dan kebanyakan istilah. Akhirnya nanti gelagapan sendiri.
Selain itu juga saya potong bagian-bagian yang kurang terlalu mendesak. Dan rupanya cukup banyak juga jumlahnya. Hasil akhirnya mungkin tinggal 10% saja.
Dan setelah itu, tentu saja bagan dan diagram itu menjadi amat sangat mutlak diperlukan. Tanpa bagan, susah sekali menjelaskan duduk masalah.
oOo
Maka berbekal semua hal itu, mulailah saya uji cobakan di beberapa mahasiswa LIPIA adik angkatan saya yang masih belum dapat mata kuliah itu. Bukan kelinci percobaan juga sih, tapi rada mirip-mirip.
Saya jadikan paket pelatihan sehari. Dan alhamdulillah, cukup sehari saja, mereka langsung paham, nyambung, mengerti, jelas, terang dan santai.
Sekalian saya tes beberap soal buat ujian yang dulu saya pernah gak lulus. Dan rupanya mereka bisa jawab dengan ketawa-ketawa.
Begitu masuk semester depan dan dapat mata kuliah ilmu waris, mereka langsung sudah paham banget apa yang dijelaskan oleh dosen di kelas. Bahkan dalam beberapa waktu, sempat juga diminta dosen untuk bantu menjelaskan kepada teman-temannya di kelas.
Pas ujian, mereka dalam waktu singkat bisa melalap habis soal itu dengan cukup sekali lihat soalnya sekilas. Waw, tidak sampai setengah jam sudah pada keluar ruang ujian dengan senyum-senyum.
Padahal teman yang lain, lagi pada semedi dan renungan suci di ruang ujian. Matanya nanar dengan pandangan kosong. Sekosong kertas jawabannya.
Begitu diingatkan waktu tinggal setengah jam, helaan nafas kepasrahan langsung terdengar sekelas bergemuruh.
Uff kasihan, jadi kebayang diri saya sendiri dulunya ya kayak gitu.
Harusnya saya sekarang kalau bisa sih masuk saja ke mesin waktu. Lalu berangkat kesana menemui diri saya sendiri sambil menjelaskan semua ini.
Hihihi kebanyakan nonton Timeless di Netflix.
oOo
Alhadululillah, bukan sombong atau takabur, tapi syukur nikmat. Belajar dari kebingungan saya dan akhirnya dapat kesempatan hidayah dari Allah SWT, akhirnya saya bisa berguna juga karena bisa mengajarkan ilmu faraidh for beginer dalam langkah-langkah yang praktis.
Jadi saya sendiri seringkali ditanya-tanya orang tentang hitungan waris. Senangnya saya, masalah itu dengan santainya saya lempar ke beberapa ustadz di Rumah Fiqih Indonesia.
Alhamdulillah, mereka bisa jawab dengan mudah dan lancar, tanpa ribet dan tanpa pusing. bahkan untuk menjawab soal warisan, mereka sudah mirip dengan tukang sayur yang diborong dagangannya oleh emak-emak sekomplek.
Tapi tetap bisa langsung dengan cepat bisa menyebutkan jumlah harganya.
Atau . . .
Sudah mirip seperti mbak-mbak penjual warteg (warung tegal) yang kalau pas kita bayar dengan menyebutkan sudah nyomot apa saja, dia langsung jawab cepat, tanpa butuh kalkulator apalagi mesin cash register.
Kok bisa?
Ya kan dia tiap hari jualan. Harga makanan per item sudah di luar kepala.
Misalnya iseng jam 2 malam dibangunin, terus kita sebut : nasi separo, tempe dua, ayam sepotong, jengkol lima biji, sayur kuah doang, teh tawar, krupuk, dan pisang dua.
Si Mbak akan langsung jawab : 35.250 bapake!!!
Itu dijawab tanpa membuka mata dan tetap rebahan. Gile nggak tuh . . .
oOo
Maka saya ingin berbagi dengan siapa saja metode yang saya pakai selama ini. Praktis dan simple serta santai.
Dan rencananya akhir pekan ini saya akan gelar secara virtual saja. Nggak usah kemana-mana, di rumah saja.
Kurikulum:
1️⃣. Mengenal 10 Penyimpangan Waris di Indonesia
2️⃣. Kiat-kiat Menghindari Bom Waktu Waris dalam Keluarga
3️⃣. Fiqih Waris Aplikatif
4️⃣. Menghitung Waris Mudah dengan Metode Diagram
Kelas Waris Online diselenggarakan dalam 4 sesi selama 2 hari:
Sabtu, 10 Juli 2021
Sesi 1: 08.00-10.00 WIB (Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA)
Sesi 2: 10.00-12.00 WIB (Ust. Ahmad Zarkasih Lc.)
Minggu, 11 Juli 2021
Sesi 3: 08.00-10.00 WIB (Ust. Isnan Anshory, Lc., M.Ag.)
Sesi 4: 10.00-12.00 WIB (Ust. Muhammad Abdul Wahab, Lc., M.H.)
📝 Kuota terbatas
Pendaftaran
Klik link di bawah ini:
https://wa.me/628118860595
Atau hubungi:
📞 0811-8860-595 (Lukman)
Yuk, segera daftar.
-----
Facebook : Rumah Fiqih Indonesia
Instagram: @rumahfiqihindonesia
Youtube : Rumah Fiqih Indonesia
NOTE
Software warisnya nanti kita mainkan juga insyaallah.
Sumber FB UStadz : Ahmad Sarwat
Kajian Favorit · 5 Juli 2021·