Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Cara Bersedekap dalam Salat Menurut 4 Mazhab
1. Mazhab Syafi'i.
Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa disunnahkan bersedekap dan posisi kedua tangan diletakkan di atas pusar di bawah dada. Bukan tepat di atas dada.
Dalam masalah ini, Mazhab Syafi'i menggunakan dalil yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang shahih:
عن وائل بن حجر قال: صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فوضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره. رواه أبو بكر بن خزيمة في صحيحه.
Dari sahabat Wail bin Hujr radhiyallahu 'anhu berkata: Saya salat bersama Nabi SAW dan beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya (dekat dada). (HR. Ibnu Khuzaimah). Dalam riwayat Imam al-Bazzar disebutkan 'inda sodrihi'. Dalam hadis di atas lafaz 'ala sodrihi maknanya bukan tepat di atas dada persis.
Kemudian Mazhab Syafi'i menggunakan dalil dari Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah:
روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه نهى عن التكفير وهو وضع اليد على الصدر. ذكر هذا الحديث الإمام ابن قيم الجوزية في بدائع الفوائد.
Telah ada riwayat dari Nabi yang menyebutkan bahwa beliau melarang takfir. Yaitu melarang meletakkan kedua tangan persis di atas dada. (Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah meriwayatkan hadis ini dalam kitab Bada'i al-Fawaid)
2. Mazhab Hanbali.
Mazhab Hanbali berpendapat bahwa disunnahkan bersedekap dan posisi kedua tangan diletakkan di bawah pusar. Pendapat Mazhab Hanbali ini sama seperti pendapat Madzhab Hanafi. Dalam masalah ini, Mazhab Hanbali menggunakan dalil yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Imam Abu Dawud:
عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال: مِنَ السُّنَّةِ وَضْعُ اليَمِيْنِ عَلىَ الشِّمَالِ تَحْتَ السُّرَّةِ،».
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, "Termasuk sunnah adalah meletakkan kedua tangan di bawah pusar". (HR. Ahmad dan Abu Daud)
(rhs)
3. Mazhab Hanafi.
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa disunnahkan bersedekap dan posisi kedua tangan diletakkan di bawah pusar. Dalam masalah ini, Mazhab Hanafi menggunakan dalil yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Imam Abu Dawud:
عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال: مِنَ السُّنَّةِ وَضْعُ اليَمِيْنِ عَلىَ الشِّمَالِ تَحْتَ السُّرَّةِ،
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, "Termasuk sunnah adalah meletakkan kedua tangan di bawah pusar". (HR. Ahmad dan Abu Daud)
4. Mazhab Maliki.
Mazhab Maliki berpendapat bahwa disunnahkan meluruskan kedua tangan (irsal). Maksudnya tidak perlu bersedekap. Dalam masalah ini, Mazhab Maliki menggunakan dalil yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam hadis ini Nabi SAW tidak menyuruh untuk bersedekap:
عن أبي هريرة رضي الله عنه في قصة المسئ صلاته "إن النبي صلى الله عليه وسلم قال «إذا قمت إلى الصلاة فكبر، ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن، ثم اركع حتى تطمئن راكعا، ثم ارفع حتى تعدل قائما، ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا، ثم ارفع حتى تطمئن جالسا، وافعل ذلك في صلاتك كلها. رواه البخاري ومسلم.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata mengenai kisah salat yang buruk, "Nabi SAW bersabda: Jika kamu hendak salat maka bertakbirlah, kemudian bacalah yang mudah dari Al-Qur'an, kemudian rukuklah, dst. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
BERTASYABUH DENGAN SUATU KAUM.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Kenapa sampai kita dilarang meniru-niru orang kafir secara lahiriyah? Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
أَنَّ الْمُشَابَهَةَ فِي الْأُمُورِ الظَّاهِرَةِ تُورِثُ تَنَاسُبًا وَتَشَابُهًا فِي الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَلِهَذَا نُهِينَا عَنْ مُشَابَهَةِ الْكُفَّارِ
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154)
wallahu a'lam...
Sumber FB : Sahabat Aswaja Riau
27 Juli 2021