ADAB BERBEDA PENDAPAT
Dahulu para sahabat nabipun berbeda pendapat satu sama lain dengan sangat hangat.
Ibnu Abbas berselisih dengan Zaid dalam masalah Faraidh. Ibnu Umar berbeda bendapat dengan Ibnu Mas'ud diperkara makna Quru'. Aisyah menyelisihi jumhur sahabat dalam beberapa masalah cabang aqidah.
Namun segala perbedaan itu tidak membuat mereka saling mencela, justru kian menjadikan orang-orang mulia itu saling mencintai dan menghormati.
Ibnu Abbas ketika bertemu dengan Zaid memegang tali kekang kendaraannya, menuntun hingga memarkirkannya.
Sampai Zaid mengatakan : "Sudahlah sepupu nabi, tinggalkan saya dengan kendaraan saya."
Ibnu Abbas menukas : "Beginilah kami diperintahkan untuk memuliakan ulama-ulama kami."
Lalu Zaid mencium tangan Ibnu Abbas, dan ketika Ia bertanya kepada Zaid mengapa ia melakukan itu, Zaid menjawab : "Begini pula kami diperintahkan untuk memuliakan keluarga Nabi shalallahu'alaihi wassalam."
Maka kini diantara kiat melihat apakah seseorang itu benar dalam menyikapi khilafiah sehingga bisa diambil ilmunya adalah dengan melihat adabnya.
Jika ada yang gemar mencaci maki atau hobi menjuluki orang lain seperti kalimat yang jamak hari ini : "Sesat, ahli bid'ah, murtaddin, Wahabi." Berhati-hatilah dari model orang seperti ini ...
Persaudaraan dan persatuan adalah asas agama ini. Perbedaan adalah fitrah, sedangkan menjaga ukhwah itu perintah. Adanya khilafiyah itu tabiat dan bersatu itu syariat.
Maka setiap yang berusaha memecah belah umat, siapapun dan dari manapun selayaknya diposisikan sebagai musuh bersama umat Islam.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Kajian · 24 Mei 2018 ·