Kapan Shalat Idul Adha?
Tergantung anda saat itu lagi ada dimana. Kalau Anda berada di Saudi, Mesir atau Inggris, silahkan kerjakan di hari Sabtu 9 Juli 2022
Tapi kalau Anda berada di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam bahkan Hongkong, kerjakannya di hari Ahad 10 Juli 2022.
Kok beda?
Jawabnya memang bisa beda, sejak zaman shahabat, ketika Islam mengembangkan sayap selebar-lebarnya di muka bumi, konsekuensi perbedaan hasil rukyat itu bisa diwujudkan oleh Sultan di masing-masing tempat.
Keputusan Khalifah Muawiyah di Damaskus berlaku untuk wilayah Damaskus. Sedangkan untuk Madinah, penguasa setempat berhak menetapkan hari yang berbeda.
Dan Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu menegaskan bahwa begitulah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Kisah itu tertuang dalam hadits Shahih riwayat Imam Muslim.
عَنْ كُرَيْبٍ أَنَّ أُمَّ الفَضْلِ بِنْتَ الحَرْثِ بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ فَقَالَ: قَدِمْتُ الشَّامَ فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا وَاسْتَهَلَّ عَلىَ رَمَضَان وَأَنَا بِالشَّامِ فَرَأَيْتُ الهِلاَلَ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ . ثُمَّ قَدِمْتُ المَدِيْنَةَ فيِ آخِرِ الشَّهْرِ فَسَأَلَنيِ عَبْدُ اللهِ بْنِ عَبَّاس ثُمَّ ذَكَرَ الهِلاَلَ فَقَالَ: مَتىَ رَأَيْتُمُ الهِلاَلَ ؟ فَقُلْتُ : رَأَيْتُهُ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ. فَقَالَ: أَنْتَ رَأَيْتَهُ ؟ فَقُلْتُ نَعَمْ وَرَآهُ النَّاسُ وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ. قَالَ: لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُوْمُ حَتىَّ نُكْمِلَ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا أَوْ نَرَاهُ. فَقُلْتُ: أَلاَ تَكْتَفيِ بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَة ؟ فَقَالَ لاَ هَكَذَا أَمَرَنَا النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
Dari Kuraib radhiyallahuanhu bahwa Ummul Fadhl telah mengutusnya pergi ke Syam, Kuraib berkata, "Aku tiba di negeri Syam dan aku selesaikan tugasku, lalu datanglah hilal Ramadhan sementara aku di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jumat. Kemudian aku pulang ke Madinah di akhir bulan. Maka Abdullah bin Abbas bertanya padaku, "(Aku pun menceritakan tentang hilal di Syam). Ibnu Abbas ra bertanya, "Kapan kamu melihat hilal?". "Aku melihatnya malam Jumat", jawab Kuraib. Ibnu Abbas bertanya lagi, "Kamu melihatnya sendiri?". "Ya, orang-orang juga melihatnya dan mereka pun berpuasa, bahkan Mu'awiyah pun berpuasa", jawab Kuraib. Ibnu Abbas berkata, "Tetapi kami (di Madinah) melihat hilal malam Sabtu. Dan kami akan tetap berpuasa hingga 30 hari atau kami melihat hilal". Kuraib bertanya, "Tidakkan cukup dengan ru'yah Mu'awiyah?". Ibnu Abbas menjawab, "Tidak, demikianlah Rasulullah SAW memerintahkan kami.” (HR. Muslim)
* * *
Jadi kalau ada perbedaan penetapan tanggal antara berbagai negara Islam, memang harus diterima sebagai fakta sejarah. Bahkan itulah syariah Islam.
Ulama Kerajaan Saudi Arabia Syeikh Al-Ustaimin rahimahullah juga menjelaskan hal ini dalam fatwanya :
وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة
Begitu juga bila ditetapkan hasil rukyat negara itu tertinggal dari Mekkah, sehingga tanggal 9 di Mekkah menjadi tanggal 8 di negara itu, maka penduduk negara itu puasanya pada tanggal 9 menurut negara itu, walaupun itu berarti sudah tanggal sudah tanggal 10 di Mekkah. (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin)
Fatwa dari Syeikh Utsaimin ini mungkin terasa aneh buat sebagian kita, yang sudah terlanjur ngotot ingin puasanya ikut jadwal pemerintah Saudi Arabia. Seolah-olah ada semacam pandangan yang ambigu dari sebagian kita. Kalau lebaran Idul Fithri kita ikut pemerintah RI, tapi kalau lebaran Idul Adha, kita ikut Saudi.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
2 Juli 2022 pada 09.10 ·