Bumi Dilipat di Malam Hari?
Oleh. Ahmad Sarwat, Lc.MA
Pernah dengar ungkapan : bumi dilipat? Ya, ada sebuah hadits marfu' yang mengungkapnya. Bunyinya begini :
عن أنس -رضي الله عنه- مرفوعاً: «عليكم بالدُّلْجَة، فإن الأرض تُطْوَى بالليل [رواه أبو داود]
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Hendaknya kalian menggunakan malam hari (untuk safar). Sesungguhnya bumi dilipat pada malam hari". (HR. Abu Daud)
Tentu saja kita semua memahami bahwa istilah 'bumi dilipat' itu pastinya tidak secara fisik.
Maksudnya pasti itu ungkapan yang bersifat kiasan, ungkapan yang maksudnya bahwa perjalanan di malam hari itu akan lebih terasa dekat.
Barangkali karena di malam hari tidak terlalu terik matahari, jadi langkah kaki lebih ringan. Serasa seakan bumi dilipat, jadi lebih dekat rasanya.
* * *
Namun ada juga teman saya yang terlalu teknis memahami teks hadits di atas. Dia bilang di balik ungkapann 'bumi dilipat' ada isyarat bahwa bumi itu bulat.
Wah wah . . .
Kalau kita berjalan ke satu arah di bumi, misalnya kita di Indonesia naik pesawat ke arah barat terus menerus tanpa henti sejauh 40 ribu km, maka kita akan tiba di titik semula.
Hanya saja orang di masa itu belum bisa membayangkan, kayak apa bumi itu bulat. Jangan kan orang di masa itu, bahkan di masa kini pun masih ada juga yang tidak sampai kesana otaknya.
Yang coba membuktikan teori bumi itu 'dilipat' ke bawah sampai menyatu lag ujung-ujungnya malah orang barat.
Salah satunya Christopher Columbus, konon menurut salah satu versi, dia berlayar ke melewati Samudera Altantik dan baru mengitari separuh bumi, tapi merasa sudah mengitari bumi. Benua yang ditemukannya dikiranya sebagai India.
Padahal dia baru sampai sekitaran benua Amerika. Tapi terlanjur menamakan penduduk aslinya sebagai : Indian.
Columbus mengira ukuran bola dunia ini sekadar kecil-kecil saja, hingga apabila berlayar ke arah Barat dia akan berhasil mencapai Cathay (Cina) atau India. Tanpa sadar bahwa di bagian Barat Eropa masih ada benua bukan Asia.
Ketika menelusuri gugusan pulau di wilayah Kuba, ia berkhayal berada di kawasan India.
Dapat dimengerti jika penduduk asal setempat itu juga disebutnya sebagai Indian (kekeliruan sebutan yang sampai kini masih dipertahankan).
Konon sampai saat akhir hayatnya pada tahun 1506, Columbus masih tetap bersikeras menganggap dirinya sudah berhasil menemukan kawasan Asia lewat jalur Barat.
* * *
Balik lagi ke hadits di atas, saya pribadi cenderung memahami bahwa istilah 'bumi dilipat' bukan isyarat atas bulatnya bumi.
Saya tahu bumi itu bulat, tapi tidak ada kaitannya dengan hadits di atas. Sebab Nabi SAW bilang bahwa dilipatnya bumi itu hanya malam hari, kalau siang tidak dilipat.
Jadi secara logika, nggak mungkin bumi berubah bentuk terus-terusan setiap pergantian siang dan malam. Malam jadi bulat siang jadi rata. Malam digulung siang digelar, kayak tikar lesehan.
Saya cenderung mengaitkan urusan bumi dilipat ini dengan konteks perjalanan di masa kenabian.
Umumnya kafilah dagang yang melintasi gurun pasir justru menghindari perjalanan di malam hari. Mereka lebih suka berjalan di pagi hari hingga agak siang.
Kalau malam biasanya mereka istirahat, makan-makan, pasang tenda, bahkan bersyair di depan api unggun. Api unggun gunanya untuk mengusir hewan buas di gurun.
Namun terkadang Nabi SAW untuk kepentingan tetentu banyak juga melakukan perjalanan di malam hari. Beberapa catatan yang bisa disebutkan antara lain :
1. Isra' Mi'raj
Kata Isra' itu sendiri berarti perjalanan di malam hari. Isra' adalah perjalanan antara Mekkah dan Baitul Maqdis pulang pergi di malam hari.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha. (QS. Al-Isra : 1)
2. Hijrah
Nabi SAW bersama Abu Bakar menyewa penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqizh yang saat itu masih musyrik, untuk menunjukkan jalan ke arah Madinah.
Kenapa harus ada jasa penunjuk jalan?
Karena perjalanan dilakukan kebanyakan malam hari dan lewat rute yang tidak pernah dilalui manusia sebelumnya.
Semua untuk menghindari kejaran kaum musyrikin Mekkah yang menjanjikan 100 unta bagi yang bisa menangkap Beliau SAW.
3. Perang
Yang ketiga adalah perang yang banyak memanfaatkan malam hari sebagai perjalanan.
Salah satu trik jitu untuk memenangkan peperangan di masa itu adalah dengan serangan fajar. Ketika lawan masih pada tidur pulas, diserang mendadak, bubar semuanya.
Kalau pas Shubuh sudah menyerang, maka perjalanan menuju tempat musuh harus dilakukan sejak malam hari.
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًافَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا
Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya). dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu Shubuh. (QS. Al-'Adiyat : 1-3)
* * *
Saya sendiri pernah naik kereta malam Jogja Jakarta. Saking lelahnya, begitu kereta bergerak, saya langsung tidur merem. Pas buka mata tahu-tahu sudah masuk stasiun Gambir menjelang shubuh.
Kok cepat sekali? Apa bumi dilipat ya?
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
26 Juli 2022 pada 04.44 ·