Jalan Ruhani Megenal Allah dengan Tema Tauhid Muwahhidin
Pesan Ustadz Dr. Arrazy Hasyim, Lc., M.A. di Masjid An-Nashr, Tangerang Selatan :
Ayat Tauhiid yang paling sering dibaca dan sudah dihafal oleh Anak Kecil, yaitu Surat Al-Ikhlas. Allaah itu Ahad, Ahad itu Esa. Satu dengan Tunggal ada Perbedaan, kalau Satu bisa dibagi, kalau Tunggal gak bisa dibagi.
Makanya Allaah Membedakan Namanya Ahad dengan Wahid. Wahid artinya yang Maha Pertama, kalau Ahad yang Maha Tunggal atau yang Maha Esa, maka Pancasila Sila Pertama Ketuhanan yang Maha Esa itu yang Memenuhi Syarat cuma Ummat Islam.
Di dalam Al-Qur'an ada Banyak Jenis Tauhiid, ada Tauhiidnya Orang-Orang Munafik, ini Level yang Paling Bawah. Tauhiidnya Orang-Orang Munafik itu lain di Hati lain di Mulut. Lidahnya Mengucap Laa Ilaaha Illallaah, tapi Hatinya Tidak.
Ada juga Tauhiid Muqallidin yaitu Tauhiid Orang yang Taqlid yang Ikut Tanpa Tahu Dalil. Pokoknya apa kata Kyai, apa kata Ustadz. Tauhiid Muqallidin ini kalau dapat Guru yang Benar ya jadi Benar, kalau dapat yang Salah ya jadi Salah.
Kalau dapat Guru yang Salah yang nanti dia Mengajarkan Allaah itu Bertempat, nanti Orang Mulai Membayangkan Allaah.
Kemudian Tauhiid Al-Uqala, yaitu Tauhiidnya Orang-Orang Berakal itu Ayat bukan Dalil Nomer Sekian, tapi Sudah Masuk ke dalam Hatinya. Dia Memakai Akal. Karakter itu cuma Dua, yaitu Menerima atau Menolak.
Laa Ilaaha Illallaah itu artinya Menolak Semua Tuhan selain Allaah. Kalau Terbesit dalam Hati yang Menyegarkan itu Air, berarti Sudah Meyakini ada Tuhan lain, maka kita Minum Tidak Meyakini Air yang Menyegarkan.
Penyakit itu adanya di Darah. Nabi ketika Naik ke Langit ke 7 diperintahkan oleh Malaikat Berbekamlah kamu. Nabi Ngobatin Tanpa Obat.
Dalam Thibbun Nabawi ada Dua Pengobatan, yaitu Mengeluarkan Darah Kotor, dan Mengeluarkan Darah Bersih. Imam Ahmad bin Hanbal setiap kali Pusing Beliau Berbekam. Harus Rutin Jangan Sesekali.
Sekali Terbesit dalam Pikiran bahwa Obat yang Menyembuhkan, maka Batal Tauhiidnya. Ini Tauhiidnya Ahli Akal. Kalau kita Meyakini yang lain akan Bertambah Tuhannya.
Bekerja cuma Asbab aja karena Banyak yang Kerja Gak Dapat Duit. Jadi yang Membuat Dapat Rizki bukan Bekerja, tapi Allaah.
Kemudian Tauhiid Orang yang Masih Berteori. Lalu ada Tauhiid Muraqabah yaitu Tauhiid yang Sudah Masuk ke dalam Qalbu. Ia Merasa dipandang oleh Allaah yang Maha Esa.
Yang Merasakan dipandang, diawasi itu Bukan Akal, tapi Qalbu. Untuk Mengaktifkan itu Harus dihidupkan Dzikir Qalbunya.
Dzikir itu yang Bagus Bukan Banyak Belajarnya, tapi Banyak Ngamalinnya. Qalbu itu kalau udah Gak Bisa Tersentuh itu Hatinya Kasar, Kaku, tapi Tenang karena Allaah itu Maha Menghidupkan. Yang dihidupkan Allaah Bukan Hanya Makhluk Hidup, tapi juga Qalbu yang Penting Mau Belajar Dzikir Qalbu.
Lalu apa yang dibaca? Yang dibaca sama Laa Ilaaha Illallaah, tapi Pemahamannya akan ditambah. Laa Ilaaha Illallaah itu Tidak Ada yang Memperhatikan, Mengawasi kecuali Allaah.
Kalau Orang Munafik dia Baca Laa Ilaaha Illallaah, tapi Pikirannya ke mana-mana, sementara kalau Ahli Muraqabah dia Baca Laa Ilaaha Illallaah dan Qalbunya Merasa diawasi.
Riya' itu merasa dilihat Beramal, sedangkan Sombong itu Merasa Diri kita Sesuatu. Membangun Masjid ini akan terus digoda Setan hingga berkata kalau gak karena saya mungkin gak jadi ini Masjid.
Sebelum Membaca Laa Ilaaha Illallaah di Qalbunya Sudah Ada Nama Allaah. Itulah Ahli Muraqabah.
Ada yang Unik di dalam Al-Qur'an. Lebih Banyak Lafadz Laa Ilaaha Illaahu dibanding Laa Ilaaha Illallaah, maka Huwa itu Bagian dari Nama Allaah. Huwa itu artinya Hanya Dia tidak selain-Nya.
Kalau Masih Terbayang ketika Bersama Allaah itu Pahala, Surga, maka Belum Berhasil.
Sebelum Dzikir Laa Ilaaha Illallaah, Sebutlah Nama Allaah di dalam Qalbu, baru kemudian Baca Laa Ilaaha Illallaah. Kebanyakan Orang Dzikir Tidak Ada Rasa karena Qalbunya Kosong belum dibacakan Nama Allaah.
Tetapkan dulu Keyakinan kepada Allaah dalam Qalbu, baru kemudian Menyebut Laa Ilaaha Illallaah.
Soal Tauhiid Jangan Ikut-Ikutan, Harus Tahu Ilmunya. Kata Tuhan itu Terjemahan dari Rabb dan Ilah. Bolehkah Menyebut kata Tuhan? Boleh.
Caranya ketika Menyebut Laa Ilaaha Illallaah di dalam Qalbu Sudah Menyebut Nama Allaah. Metodenya Tetapkan Keyakinan kepada Allaah, lalu Tolak Semua Tuhan selain Allaah, kemudian Mantapkan dalam Qalbu.
Teknik Dzikir seperti Berdzikir dengan Lafadz Hu, Huwa, Ahad itu Sekarang sayangnya Banyak dibid'ahkan oleh Kelompok Sebelah.
Hu itu Membebaskan Pikiran dari selain Allaah. Orang-Orang yang Penakut itu Dzikirnya Hu karena di mana-mana ada Makhluk selain kita baik itu Hewan, Binatang, Malaikat, Jin.
Kalau Rumahnya Muslim itu Jinnya Muslim. Jin Muslim itu Tinggalnya di Genteng atau Atap.
Tauhiid Qalbu ini Tanda Ihsan Paling Bawah. Ihsan itu engkau Beribadah dengan Merasa dipandang oleh-Nya. Kalau Belum Merasa dipandang, maka Dzikirnya Allaah, Allaah, Allaah.
Kemudian ada Tauhiid Musyahadah yaitu Tauhiid Memandang Allaah. Allaah Tidak Bisa dipandang dengan Akal, Mata, ataupun Qalbu. Tidak Ada Qalbu Memandang Allaah, tapi Qalbunya dipandang Allaah.
Tauhiid ini Tempatnya ada pada Ruh. Kita ini di dalam Diri ada Unsur selain Diri kita. Tubuh kita ini diciptakan, tapi Ruh kita ditiupkan oleh-Nya. Bagaimana Cara Meniupkannya? Hanya Allaah yang Tahu.
Tauhiid Musyahadah Rububiyah itu ketika Memandang Peran Keesaan Allaah dalam Keragaman Alam Semesta. Lafadz Tauhiidnya Kun Fayakun. Bagi kita Tauhiid Rububiyah bukan seperti Tauhiid Uluhiyah yang dipisah, tapi digabung.
Kelompok Sebelah Mengatakan Asy'ariyyah hanya sampai Tauhiid Rububiyah. Tauhiid Rububiyah kita Berbeda dari Tauhiid Rububiyah Kelompok Sebelah.
Tubuh kita ini Banyak Unsurnya, ada Unsur Api, Air, Tanah, Udara. Masing-masing ini ada Alamnya kemudian disatukan oleh Allaah.
Orang ini Memandang apapun ada Peran Allaah, yang dia Pandang adalah Allaah.
Kemudian ada Tauhiid Musyahadah Uluhiyah, yaitu Allaah Memandang Keesaan Dirinya di dalam Dzat-Nya. Inilah yang disebut Ihsan Level Tertinggi. Engkau Shalat seakan Memandang Allaah.
Banyak Guru, Mursyid Keliru Mengatakan Memandang Allaah dengan Qalbu, yang Benar itu dengan Ruh. Allaah Tidak Pernah Bersekutu Keberadaannya dengan Alam.
Kita ini Langit Bumi yang Gelap, sementara Allaah Cahaya Langit dan Bumi, maka gak bisa dibandingkan antara Gelap dan Cahaya.
Siapa yang Kenal Dirinya, maka dia Mengenal Allaah. Siapa yang Kenal Allaah, maka Dirinya tiada.
Ketika Nabi Muhammad Naik ke Gunung Uhud, maka Gunung Uhud Bergetar karena Nabi Muhammad adalah Hakekat Al-Qur'an. Ada yang Mengatakan bahwa nanti ketika terjadi Kiamat Gunung Uhud tetap ada.
Pelajarannya jika kita ingin Mati Tubuh kita Gak Hancur, maka Leburkanlah Cinta, Fisik, Qalbu kita kepada Nabi Muhammad. Ketika itu Jasad Tidak Hancur, dan Gak Harus Hafidz Al-Qur'an.
Cara Memulihkan Qalbu itu Mudah, jika dia Kotor Cukup Istighfar, tapi Sebutkan apa Masalahnya Sebut kepada Allaah. Kemudian Perbarui Iman kalian dengan Mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah. Seorang Munafik Aman dari Status Bahaya karena Lafadz Laa Ilaaha Illallaah.
Satu Helaipun Rambut Bukan Kuasa kita, tapi Kuasa Allaah. Tubuh ini Bukan kita yang Berkuasa, tapi Allaah. Allaah Gak Pernah Salah dalam Menciptakan maupun Menakdirkan.
Jodoh kita Gak Akan Pernah Tertukar, begitu juga Rezeki kita Tidak Akan Pernah Tertukar. Kalau Sudah Paham akan Konsep ini, maka Tidak Akan Ada Rasa Iri, Dengki kepada Orang lain.
Semua yang ada akan Binasa, jadi Binasakan dulu Diri kita Sebelum kita Binasa. Itu Rasa dikasih oleh Allaah.
Allaah itu Nama Pencipta. Kalau Sudah Allaah Beri Rasa, maka di Qalbunya Hanya Ada Allaah.
Beruntung di Masa seperti ini kita Masih Waras Mau Ngaji, Banyak Orang yang Gak Mau Ngaji. Obat dari Pandemi ini Bukan Hanya Vaksin, tapi juga dengan Ngaji seperti ini Mendekatkan Diri kepada Allaah.
Kita di Rumah atau enggak ya akan Mati juga, maka Keluar aja Ngaji. Ke Mall aja Bisa dan Mau, Masa Ngaji Gak Mau? Obat di Situasi seperti ini cuma Satu, yaitu Mendekatkan Diri kepada Allaah.
Kita harus jadi Orang yang Lisannya Menyebut Nama Allaah, Tubuhnya Menyembah Allaah, Ruhnya Memandang Allaah, Qalbunya ada Nama Allaah.
Cara Sujudnya Orang yang Bekerja itu Tidak Korupsi Waktu. Cara Sujudnya Orang yang Memimpin adalah Berbuat Adil. Cara Sujudnya Guru itu adalah Bersikap Tulus. Kadang Guru Ngaji yang Keyakinannya terhadap Rizki Gak Ada, Tuhannya Bukan Allaah, Qalbunya Bukan Bergantung kepada Allaah.
Yang Takdirnya diberikan Kemapanan, maka Bersandarlah kepada yang Memberikan Kemapanan. Dengan begitu kita akan Terhubung dengan Allaah.
tonton secara lengkap "Jalan Ruhani Megenal Allah dengan Tema Tauhid Muwahhidin" di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=MyIgTCCV8Ps