Hukum Islam

Hukum Islam - Kajian Islam Tarakan

Hukum Islam

Ketika awal diajak ikut pengajian semasa SMP dulu, saya sempat didoktrin terkait kewajiban menjalankan hukum Islam, seperti potong tangan pencuri, merajam pezina dan hukum qishash.

Ancamannya serem juga kalau kita menolak hukum Islam. Kita jadi kafir, fasik dan zhalim. Ayat dan terjemahnya sampai saya warnai pakai stabillo, yaitu Al-Maidah 44, 45 dan 47.

Jadilah dalam keyakinan saya waktu itu,  gara-gara kita tidak memotong tangan pencuri, maka kita semua umat Islam se-Indonesia Raya ini jadi kafir semua.

Dan berada pada barisan kafir terdepan adalah para hakim, jaksa, aparat penegak hukum, termasuk PNS, TNI, polisi. Sebab mereka inilah pengawal garda terdepan yang menerapkan hukum thoghut dan anti Islam.

Lalu siapa pun yang tetap setia dengan NKRI adalah orang kafir juga, termasuk guru-guru di sekolah saya itu kafir semuanya. Sebab mereka tidak mu berhukum dengan hukum Islam. Pokoknya sebelum kita lihat potongan-potongan tangan bergeletakan dimana-mana, kita semua ini kafir, fasik dan zhalim. 

Begitulah saya yang masih duduk di SMP saat itu didoktrin oleh para ustadz pengajian di masa itu.

Namun kekeliruan paham saya itu terkoreksi juga pada akhirnya. Rupanya saya selama ini terpapar paham takfiri berat, yang mana paham itu juga sudah mengontaminasi banyak para ustadz. 

Lebih jelas tentang bagaimana sebenarnya kedudukan hukum potong tangan, baru saya pahami dengan detail ketika duduk di Fakultas Syari'ah. 

Inilah fakultas 'Hukum Islam' yang isinya 100% bicara tentang penegakan hukum Islam. Mengapa saya tertarik meninggalkan kuliah saya di UGM dan pindah untuk kuliah ke LIPIA Fakultas Syariah, justru termotivasi untuk 'menegakkan Hukum Islam'. 

Di dalam perkuliahan, hampir semua mata kuliah diarahkan kepada objek pembahasan Hukum Islam. Dan disitulah saya baru tahu bahwa banyak sekali orang yang teriak-teriak hukum Islam, tapi benar-benar awam, lalai, jahil, bodoh dan sama sekali tidak paham apa yang dia teriakkan itu. 

Makanya saya merasa beruntung sekali bisa kuliah di fakultas yang khusus bicara tentang Hukum Islam. Beberapa catatan penting terkait hukum Islam adalah :

1. Luas

Ternyata cakupan dan wilayah hukum Islam itu luas sekali, mencakup seluruh aspek kehidupan itu sendiri. 

Bukan hanya sebatas memenggal kepala orang, potong tangan, rajam dan cambuk saja, tetapi urusan ekonomi, sains, kedokteran, kuliner, pakaian, pernikahan, masalah harta waris dan seterusnya juga bagian utuh dari hukum Islam.

Disitulah agaknya kedunguan saya selama ini sedikit tercerahkan. Saya baru sadar bahwa hukum Islam itu luas sekali cakupannya. 

2. Jinayat

Lalu bagaimana dengan hukum rajam, cambuk, penggal kepala dan seterusnya? Bukankah semua itu juga termasuk hukum Islam?

Ya tentu saja semua termasuk hukum Islam. Babnya termasuk dalam kelompok Fiqih Jinayat. Di dalamnya adalah hukum Qishash, potong tangan pencuri, rajam atau cambuk bagi pezina, dan lain-lainnya.

Kita bahas satu per satu mulai dari dasar ayat Al-Qurannya, dilengkapi dengan hadits-haditsnya juga. Dan masing-masingnya itu kita bahas mulai dari ababun-nuzul dan asbabul wurud, biar kita tahu kapan mulai disyariatkan dan kapan juga diterapkannya.

Selain itu kita bongkar satu per satu kasus-kasus yang pernah terjadi di masa Rasulullah SAW. Misalnya tentang rajam untuk pezina yang ternyata hanya terjadi 3 kali saja sepanjang perjalanan hidup Nabi SAW. 

Di perkuliahan itulah Hukum Islam kita bongkar habis dan dibahas secara lebih teknis dan detail secara satu per satu. Bukan seperti dulu saya masih SMP yang bisanya cuma teriak-teriak tegakkan hukum Islam, tapi ilmunya malah NOL BESAR. 

Di kuliah  Fakultas Syariah itulah saya baru tahu dan mendalami anatomi dan keping-keping puzzle fiqih jinayat secara menyeluruh dan detail.

3. Syarat Untuk Bisa Dijalankan

Ternyata meski wajib hukumnya menjalankan hukum potong tangan dan sebagainya, tapi dalam pelaksanaannya tidak bisa begitu saja dilakukan.

Pertama harus ada pengadilan syariah (mahkamah syar'iyah) yang dipimpin oleh hakim yang faqih dalam bidang fiqih dan ijtihad. Karena masalah ini 100% masalah fiqih, tidak boleh dijalankan oleh mereka yang bukan ahli fiqih.

Kedua, ternyata harus ada saksi untuk setiap kasus. Kasus zina misalnya harus ada 4 orang saksi, laki-laki semua, dan melihat langsung peristiwa masuknya kemaluan laki-laki ke dalam lubang kemaluan wanita secara bersamaan waktunya.  

Kalau tidak bersamaan menyaksikannya, justru para saksi itu yang dicambuk masing-masing 80 kali cambukan. 

وَΨ§Ω„Ω„Ψ§َّΨͺِي يَΨ£ْΨͺِΩŠΩ†َ Ψ§Ω„ْفَΨ§Ψ­ِΨ΄َΨ©َ Ω…ِΩ† Ω†ِّΨ³َΨ’Ψ¦ِΩƒُΩ…ْ فَΨ§Ψ³ْΨͺَΨ΄ْΩ‡ِΨ―ُواْ ΨΉَΩ„َيْΩ‡ِΩ†َّ Ψ£َΨ±ْΨ¨َΨΉΨ©ً Ω…ِّΩ†ΩƒُΩ…ْ

Dan terhadap wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu yang menyaksikan.(QS. An-Nisa` : 15).

Itulah sebabnya bahkan di masa kenabian pun, kasus rajam pezina ini hanya terjadi tiga kali saja.

Jadi pelaksanaan hukum hudud ini tidak bisa ngasal, yang penting diterapkan. Kalau tidak ada pakar hukum Islamnya, bagaimana bisa jalan? Kalau cuma teriak-teriak di mimbar saja, dipastikan tidak akan lahir para ulama ahli syariah.

Tidak ada ulama ahli syariah, berarti hukum syariah tidak bisa dijalankan. Urus dulu dong SDM-nya. Suruh mereka kuliah di Fakultas Syariah. 

4. Hindari Hukum Hudud Selama Masih Ada Sybuhat

Ini yang paling bikin saya terkesima. Ternyata dulu Rasulullah SAW sendiri mengajarkan bahwa kita jangan terlalu mudah untuk menjatuhkan hukum hudud. Kalau masih ada syubhat disana-sini, justru harus dihindari hukumannya.

Haditsnya terkenal sekali tapi banyak yang tidak tahu. 

Ψ§ِΨ―ْΨ±َΨ€ُوا Ψ§Ω„Ψ­ُΨ―ُودَ Ψ¨Ψ§ِΩ„Ψ΄ُّΨ¨ُΩ‡َΨ§Ψͺِ

Hindarilah hukum hudud dengan masih adanya syubuhat. 

Ini jadi dagelan banget. Dalam hukum Islam diatur segala macam syarat yang amat berat untuk bisa ditegakkannya hukum potong tangan pencuri, rajam pezina dan lainnya. 

Ternyata di ceramah para ustadz KW itu, potong tangan itu kayak gampang banget. Pokoknya nyolong ya potong. Zina ya rajam. Segampang itu dalam pikiran orang awam yang jahil 100% dengan hukum Islam.

Padahal ada sekian banyak syarat yang harus terpenuhi. Pelaku zina itu harus sudah baligh, akil, waras, muslim, tidak terpaksa, zinanya sama manusia, dia harus diperiksa dokter apakah normal secara seksual, juga harus tahu apa ancaman hukumannya, 

4. Saya Merasa Dibodohi

Setelah banyak belajar mata kuliah terkait hukum Islam itu barulah saya sadar bahwa selama ini saya dibodoh-bodohi. Ternyata saya selama ini salah kaprah, gara-gara dicekoki oleh para ustadz palsu yang tidak paham sedikit pun Fiqih Jinayat. 

Kok bisa nuduh ustadz palsu? Apa nggak kualat?

Pertama, setelah saya cek ulang latar belakang pendidikan para tokoh yang dulu saya jadikan ustadz. Ternyata banyak sekali yang KW. Ya asli KW karena sama sekali tidak pernah duduk di Fakultas Syariah. Bahkan mondok di pesantren ngaji kita fiqih pun juga tidak pernah. 

Ngaji secara khusus kepada ulama ahli fiqih pun juga tidak pernah. Saya mereasa benar-benar dibodohi oleh produk-produk KW murahan. 

Kedua, para ustadz palsu itu ternyata tak satu pun yang bisa bahasa Arab, sehingga mereka pun tidak pernah baca literatur ilmu syariah, khususnya bab hudud dan jinayat. 

Padahal bicara ilmu hukum, mana mungkin tidak merujuk kepada literatur ilmunya. Ternyata para ustadz KW ini sama sekali buta dengan literatur, bahkan baca kitab pun tak mampu. 

Habislah saya selama ini kena tipu mentah-mentah oleh produk KW. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Ketiga : Modalnya cuma mushaf Al-Quran Terjemah. Di dalamnya ayat-ayat terkait hukum jinayat itu ditandai, dicorat-coret bahkan diwarnai pakai stabillo. Itulah kenapa saya pun jadi ikut-ikutan mewarnai juga. 

Lalu hanya dengan modal dengkul kayak itu, sebegitu pedenya teriak senyaring-nyaringnya di atas mimbar ceramah tentang menegakkan hukum Islam. 

Ingin rasanya mantan-mantan ustadz saya dulu itu saya paranin satu per satu dan saya ajak debat hari ini. 

Tapi ternyata banyak dari mereka yang sudah sadar dan berhenti dari ceramah dan berdakwah tentang hukum Islam. Sudah tidak lagi seperti dulu. Mereka ternyata banyak juga yang sadar bahwa selama ini mereka salah kaprah, tidak punya ilmu tapi gemar berdakwah walaupun tak paham. 

Malah beberapa dari mereka banyak yang sekarang ini menjadikan saya sebagai sumber rujukan dalam ilmu fiqih. Tanya ini dan tanya itu, kayak orang awam dan memang awam sih.

Ini lucu banget, ibarat calo tiket bus di terminal, saya adalah calon penumpangnya. Mereka itulah yang dulu memotivasi saya untuk menegakkan hukum Islam. 

Jadilah saya tertarik dan saya naik busnya. Ternyata para calo di terminal itu cuma pandai mengajak orang naik bus, tapi mereka sendiri tidak pernah ikut naik bus. Mereka tetap stay di terminal. 

Tapi untungnya saat itu pilihan saya benar, bukan melakukan aksi-aksi kekerasan, tetapi justru masuk ke level yang lebih tinggi, yaitu belajar ilmu syariah secara lebih mendalam. Sebab di kalangan para ustadz saya itu, tak satu pun yang ahli dalam ilmu syariah. 

Semuanya berada di level awam saja, tidak pernah kuliah syariah, bahkan bahasa pengantar yaitu bahasa Arab pun tak dikuasainya.

Penutup

Jadi kalau ada yang komen bahwa hari ini masih ada tuh yang model-model kayak gitu, saya sih senyum-senyum saja. Woi, gue udah ngelewatin zaman jahilyah kayak gitu. Komen saya cuma satu : Hare gene masih jahiliyah aja, ente . . .

Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat

Kajian Islam· 6 April 2021· 

beberapa komentar :

Muhlisin Abdul Chalim
fotoya serem ustad. Itu kapaknya algojo buat motong tangan???? hehe

Ahmad Sarwat
Muhlisin Abdul Chalim citra kapak inilah yang muncul di benak saya waktu masih SMP dulu. Begitu disebut hukum Islam, maka penampakannya adalah kapak ini. Islam itu potong tangan, kira-kira seperti itu kita didoktrin.

Rosyid Raharja
Ahmad Sarwat masih ingat sekali dulu ikut kajian model gini. Yg pertama dapat bab tauhid yg ada 3 macam, kok lama2 nyerempet masalah kristenisasi, kafir, jihad, dsb. πŸ€”

Muhlisin Abdul Chalim
Ahmad Sarwat waktu itu pasti blm paham kaidah
Ψ§Ω„Ψ­ΩƒΩ… ΨΉΩ„ΩŠ Ψ§Ω„Ψ΄ΩŠΨ¦ فرع ΨΉΩ† ΨͺΨ΅ΩˆΨ±Ω‡
jd pikirannya liar tak terkendali. Begitu memang resikonya kalo teks2 agama terbuka lebar untuk dikaji siapa saja. Disinilah orang awam kayak kita harus tau diri bahwa kita butuh ulama untuk menjelaskan teks2 suci tsb.

Asep Sopyan
Perlu lebih banyak ustadz seperti Ustd Sarwat ini. Walau sempat terpengaruh tp tetap berpikir kritis.

Arifcr
masih banyak bertebaran di kampus2 universitas nih ustadz2 KW macam diceritakan ustadz sarwat, dulu saya merasakan itu. sering dengar mereka, waktu itu saya yg sudah punya basic pesantren cuma senyum2 ikut liqo'2 mereka mencekoki para mahasiswa

Nawawy
barakallah... luar biasaaa ustadzz

Haykal Widarto
Wow mantap KyaiπŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Agus Badrin
Saatnya masjid atau mushalla di kampus2 non syariah itu harus dikuasai oleh sunni walaupun secara paksa

Ferr Joseph Mester
Agus Badrin tolonglah para santrinya yg sudah matang secara keilmuan dan pemikiran diekspor ke dalam kampus kampus negeri..baik sebagai mahasiswa maupun sebagai Ustadz.

Ferr Joseph Mester
Mahasiswa tingkat 1 di Univ Negeri (setidaknya Univ saya dulu) diktat materi mentoring matkul agama Islamnya adalah Tauhid Rubbubiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat, pembatal pembatal keIslaman, Khilafah dan penegakan Syariah.. Ghazwul fikri dll.
Beda sekali dengan materi yg ngaji di surau.
Maka wajar cenderung jadi takfiri..Kalo ada peristiwa bom cepat cepat bikin isu bahwa itu konspirasi kafir dan antek kafir/Islamophobia dalam memojokan Islam, bagian dari perang pemikiran. Tapi kalau sudah terbukti seperti pada Trio Bom Bali dibuat lagi isu bahwa jenazah tersenyum, wangi sebagai tanda tanda mereka syahid.. Kontradiktif memang bagi yg mau sedikit saja berfikir.

Teh Nung
Ferr Joseph Mester gilak aja itu. Siapa sih yg masukin materi2 gitu k univ negri.

Ferr Joseph Mester
Teh Nung ada namanya forum komunikasi dakwah fakultas, rata rata diisi aktivis yg terafiliasi partai Islam berhaluan IM, tapi ada jugaa di situ yg berhaluan HT, kadang keliatan kalo tutornya ngomongin Khilafah terus itu niscaya aktivis HT, kalo cuma formalisasi syariah dan berjuang menegakan hukum Islam lewat parlemen itu IM, tapi kalau masalah perang pemikiran dan jihad itu mereka sepakat..masalah budaya takfiri dilacaknya dari rumusan tauhid tiga ala ibnu Taymiah di atas.

Teh Nung
Indonesia kecolongan banget nih.

Ferr Joseph Mester
Kinkin Aziz Kinski Saya belum nonton full tapi dari perkataann awalnya Bapak yg di Video ngeles..sebelum bom Bali itu ada DI/TII, NII, bom Candi borobudur dll..intinya pemikiran takfiri dan berbagai variannya mulai dari yg soft sampai hard sudah ada sejak Indonesia mulai berdiri karena beda pandangan politik dan pemahaman Agama.

Ferr Joseph Mester
Teh Nung begitulah..sekarang sebenernya mereka lebih ngerem karena dah ga bisa lagi bebas di mimbar mimbar jumatan, paling kelompok kelompok kecil masih suka ada.. apalagi setelah HTI dilarang, para dosen yg sebelumnya terlibat dan garang di mimbar jadi melempem kyk krupuk kena air.

Achmad Faiz Sahly
Teh Nung Giliran disuruh nyebut Syarat Rukun-nya Wudhu dan sebagainya .. malah ndlongop ..

Wisang Residata
Ferr Joseph Mester persis sekali dgn di kampus Saya mas.
PTN juga

Ferr Joseph Mester
Wisang Residata rata rata yg PTN polanya sama, IPB, Unpad, UGM, dll..tapi katanya di ITB agak terhambat karena ada Masjid Salman, belum pernah ngobrol sih sama aktivis Salman apakah masih seperti dulu yg berwarna Muhammadiyah atau sudah membaur dengan IM.

Wisang Residata
Ferr Joseph Mester mereka menguasai organisasi dakwah dari tingkat jurusan sampai ke antar fakultas.
Saya menyaksikan sendiri di saat selesai shalat Jumat pun bertebaran flyer-flyer yang berisi aneka propaganda, salah satu flyer bahkan terang-terangan mengajak jihad dgn Menggunakan logo tentara timur tengah mengangkat senapan AK-47

Ferr Joseph Mester
Wisang Residata pada tahun tahun itu kemana saja ya yg punya otoritas..persis seperti kuda lepas..

Wisang Residata
Ferr Joseph Mester
Jangankan dari Pemerintah mas. Dari pihak rektorat aja terkesan membiarkan. Bahkan beberapa Dosen ikut mengisi pengajiannya

Ahmad Rifa'i
Untuk itu...
Mari kita dukung dan kembangkan KMNU di setiap Kampus...
Biar mereka kaum takfiri berubah hobi orasi menjadi hoby ngaji yg sebenarnya.. 😁

Dwi 'Sidu' Suwitaningsih
Ferr Joseph Mester pengalaman saya jg sama. Rata2 gerakan itu gencar di fakultas MIPA & Teknik. Menang banyak mereka, krn mahasiswa baru di fakultas2 itu jarang yg pny wawasan sejarah & geopolitik. Barangkali jg krn logikanya cenderung hitam-putih.
Di jaman itu jarang mereka merekrut mahasiswa dr jurusan fisipol, sastra, sosiologi apalagi filsafat 😬

Erwin Syah Putra
Benar semua tausiahnya, sampai sampai negara pun ikut dibenci, Haram menghormati Bendera Merah Putih, Haram masuk PNS

Achmad Faiz Sahly
Erwin Syah Putra Nggak juga, Bang. Masuk PNS tetap mau, tapi nggak mau dikendalikan ideologinya. Hak asasi katanya ..

Midi Haryani
Di saudi masih pake potong tangan kah pak Ustad? πŸ™πŸ»

Ahmad Sarwat
Midi Haryani masih dijalankan. Yang cerita adalah profesor saya, pak Prof Sayid Agil Husein Al-Munawar. Beliau agak lama kuliah di Mekkah dan Madinah. Punya juga foto-foto pelaksanaan hukum rajam di depan masjidil Haram.
Beliau cerita biasanya dilaksanakan di hari Jumat. Kejadiannya cepat sekali. Begitu selesai jenazahnya langsung diangkut dan darah bercucuran ya segera disterilisasi.
Tapi saya sendiri belum pernah berkesempatan melihatnya. Soalnya saya kan nggak pernah tinggal disana. Saya cuma haji dan umrah, sebentar doang.

Anggoro Kasih
Wah, saya jaman awal kuliah ngalami itu pak ustadz....ngaji ditempat kost tertutup isinya seperti itu Dan mentornya modal Qur'an terjemah....gak bisa baca tulisan Arabnya (baca Alquran)..hanya baca terjemah nya..,

Mohamad Aman
Alhamdulillah. Berarti penanaman pemahaman yang benar terutama pada usia-usia anak SMP penting sekali, supaya tidak salah jalan, supaya tidak menjadi teroris

Didy Akuba
temen saya ada yg sering menyuarakan pemerintah kita pemerintah thogut..
tapi dianya daftar PNS tad.. πŸ™ˆ

Didik Ahmad Zubaidi Didik
Didy Akuba tempeleng saja mulutnya itu..πŸ˜€

Didy Akuba
Kan jd autopengawal thogut.. kalo gitu.. suka bingung dah πŸ™ˆ

Achmad Faiz Sahly
Didy Akuba Ha.. ha.. ha.. Begitulah, Bang. Belajar mesti urut dan terstruktur. Bukan kayak puzzle. Akhirnya pemahaman tentang Islam jadi carut marut gitu ..

Azkan Nufus
Ustadz cocok jd duta alumni LIPIA.ulasannya bs menjadi representasi kurikulum LIPIA.

Ahmad Sarwat
Azkan Nufus iya juga ya kalau dipikir-pikir. Sayangnya LIPIA nya tidak punya program duta-dutaan kayak gitu.
Dan saya sih tidak juga niat jadi duta. Tapi saya nulis apa adanya saja. Jujur itulah yang saya alami.
Bahwa di LIPIA juga sempat diajarin kewahabian, jujur memang iya dan resmi masuk kurikulum.
Nama mata kuliahnya adalah : Da'awat Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Cuma porsinya sedikit sekali dan kita sebagai mahasiswa juga santai-santai saja. Sebab mata kuliahnya lebih kepada sejarah, bukan doktrin kewahabiannya.
Doktrin kewahabiyan tidak masuk kurikulum resmi, tapi masuk lewat pemikiran dosen asli Saudi.
Masalahnya LIPIA zaman saya itu unik banget. Dosen asli Saudi umumnya sekelas Lc saja. Jadi ngajarnya masih rada kurang meyakinkan. Pokoknya ngajar, begitu bel ya sudah selesai.
Beda dengan dosen asal Al-Azhar Mesir. Mereka itu pakar hukum Islam antar Mazhab. Kalah ngasih kuliah, melotot terus kita sepanjang kuliah.
BTW LIPIA itu kenceng banget dengan mata kuliah USHUL FIQIH. Dalam 5 hari kuliah, kita dapat 4 hari.
Jadi ngaku lulusan LIPIA tapi nggak ngerti Mazhab fiqih, nggak ngerti khilafiyah, wah parah banget itu. Malu-maluin aja

Wisang Residata
Zaman Saya kuliah, yang paling kental dakwahnya di kampus ya yang berpaham khilafah Itu.
Menguasai organisasi dari tingkat jurusan sampe ke pusat.
Untung gak ikut-ikutan.

Titin Rohmatin
Izinnshare kyai

Guz Handoko
Mencerahkan tadz
Barrakalloh....

Riz Syahrizal
Mantap ustadz. Jzklh

Agus Julianto
Tksh tulisanya renyah mudah dicerna, semoga mencerahkan dn membangun kedamaian

Abdullah Abdul Kodir
Saya suka endingnya πŸ‘
"Hari gene masih jahiliyah aja, ente..."πŸ˜‚πŸ˜‚

Apia Siti
Waduh, sy juga pernah di fase tsb sampe stress mikir gimana spy ngga ikhtilat krn kemana2 waktu kukiah naik bis, pan ngga ada bis khusus perempuan. Sempat "terbuai" keren banget kalau beneran ada negara Islam, tp masih berkecamuk pertanyaan kenapa Allah menciptakan semua perbedaan ini bila perintahnya kita hrs "eksklusif" πŸ˜₯. Terima kasih banyak Ustad Ahmad Sarwat , sayang nya saya tidak mengikuti jejak Ustad, yg pindah kuliah ilmu syariah. Saya hanya mendengarkan suara hati sambil terus mencari "kebenaran" hakiki πŸ™


Salman Alfarisi
Izin share stadz.

Jhon Wu
Kayaknya saya itu

Tjitjih Mulianingsih
Ijin save dan share ya pak

Muh Bahar
Pada jaman dahulu Pernah ngalamin kajian yg teriaknya togat thogut mulu ini salah itu salah alhamdulillah selamat dari jebakan batmanπŸ˜ƒ

Untung Karyono
Ijin share Ustadz πŸ™πŸ»

Bn Juliati
Ijin share ustadz πŸ™

Tri Agung Winantoro
Di lingkungan saya saat ini terjadi hal demikian, ada pengacara yg berhenti jadi pengacara krn(katanya)hukum di negeri ini bukan hukum Islam, banyak jama'ah mesjid yg begitu getol meneriakan hukum Islam, bahkan sampai membuat mini market untuk melawan minimarket kafir dan saya bilang kalau semangat berbisnis spt itu pasti bubar, dan ternyata benar saat ini sdg diambang kebangkrutan

Rio Al Azhar
Dulu masa SMA saya dan 3 orang teman mendatangi rumah seorang Ustadz senior, sekretaris MUI kabupaten, untuk mendebat beliau perihal wiridan yasin berjamaah di malam jumat.
Bermodal semangat menegakkan sunnah dan hadits kullu bidah dolaalah.
Saat itu beliau bertanya apa kami bisa bahasa Arab.
Kami mesem. Soalnya satupun di antara kami tidak ada yg bisa bahasa Arab. Hanya tau sedikit. Bahwa kullu artinya setiap.
Kalau diingat-ingat lagi, miris sekali.

Untung Karyono
Rio Al Azhar kalo setiap Kullu diartikan setiap ato tiap-tiap, maka tidak perlu ada Kullu lagi dibelakang dholalah, langsung saja redaksinya; setiap bidah adalah sesat dan masuk neraka. Sebagaimana Kullu nafsin daiqotul maut, setiap yg bernyawa pasti mati. Ada beda sifat Kullu pada 2 kalimat diatas.
Maaf πŸ™πŸ», afwan ini hanya kata saya saja (bukan ustadz), mohon koreksi kalo salah

Heylinux Gustaf Newmen Asmara
yesss... ada benarnya solusinya belajar dari TAFSIR BUKAN TERJEMAHAN

Bayu Rangger
Terimakasih ustad

Untung Karyono
Santri mbeling Ismoe jadul, iki lho asli ustadz bukan kaleng2 beda ama temen kita yg onok tuh.
Sini kita ngaji maya ke ust Ahmad Sarwat semoga saja pak ustadz ridho kita petik ilmunya πŸ™πŸ»

Alif Fikri
Saya agak heran, Ustadz. Orangtua Ustadz kan alumnus dr al-Azhar, kok bisa terjebak dg model pengajian seperti itu alih² belajar kp orangtua langsung?

Ahmad Sarwat
Alif Fikri saya belajar ke semua orang. Kan saya anak Betawi, kerjaannya sembahyang mengaji.
Urusan ngaji saya getol kesana kemari. Apa pun aliran dan mazhabnya, ikutin aja.
Tapi lama-lama kan bisa memfilter juga. Tau juga sih mana ORI dan mana KW. Khususnya ketika mulai dewasa dan kuliah yang benar.
Tapi kalau sampai berhenti kuliah di UGM masuk LIPIA karens saya yakin bahwa yang saya butuhkan adalah Kuliah Syariah. Saya butuh ketemu langsung dengan pakar ilmu fiqih yang original.
Kalau yang KW mah udah sering dan ilmunya sudah habis saya serap. Mereka juga udah pada tekor juga. Mentok sampai disitu doang.
Ibarat tebu, tinggal sepah-sepahnya doang. Udah gak ada lagi kandungannya.

Rifqi Firmansyah
Wah saya lebih pinter dari ustadz kalau begitu, alhamdulillah saya engga tertipu walaupun banyak yg cekoki... πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€


Devin Mahasura
Ijin share pak kyai .....πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™

Ivan Masruni
Alhamdulillah saya lulusan fakultas syari'ah....walau tidak pintar..... sehingga sangat faham apa yang ustadz tulis.....sebab orang yang g kuliah di fakultas syari'ah pasti akan mengatakan ustadz sombong...

Ahmad Rifa'i
PERSIS terjadi pada pikiran dan lingkungan Sosial keagamaan saya dulu..
Alhamdulillah semenjak ngaji fiqh di pesantren FIKROH saya sdh tercerahkan...dan sekarang saya pgn Klarifikasi sekaligus Mencerahkan.. Tapi masalahnya saya gak bisa ngomong n Nulis serapi Kyai Ahmad Sarwat Guru kita ini...πŸ˜«πŸ™†

Dwi Putra
Ane ngalamin itu ustadz zaman SMP dulu, Alhamdulillah ustadznya banyak yg tobat dan sebagian entah kemana?
Biasanya kalau muridnya ada keluarga TNI atau POLRI pasti gak boleh gabung.

Ahmad Rifa'i
Maka dari itulah idzin copas n share ya Ustadz... πŸ˜πŸ˜πŸ™

Wan Fahry
Saya juga pernah mengalami hal yang serupa saat sma ustadz, dulu mikirnya indonesia harus pake hukum islam karena bentuk kekecewaan terhadap pemerintah. Setelah itu pernah hampir jadi agnostik karena pemikiran islam sudah tidak relevan dengan zaman. Tapi kayaknya emang harus ngelewatin fase itu supaya semakin berkembang jadi individu yang berfikir

Heylinux Gustaf Newmen Asmara
termasuk hukum RIBA kah tads?.. hari gini mulai anak sd sampek sarjana teknik online semua kampanye Riba

Hadriansyah
Tp di arab saudi mnerapkn hukum Islam tuh. Knp indonesia tdk..apakh kurgnya org yg mnguasai ilmu syariah?

Ahmad Sarwat
Hadriansyah karena syarat untuk bisa diterapkannya hukum Islam belum terpenuhi.
Ustadz yang pada teriak-teriak hukum Islam, ternyata banyak omongnya doang. Giliran dites masuk LIPIA, tak satu pun yang keterima. Karena kualitas dasar ilmu agamanya nol besar.
Dites Nahwu Sharaf gagal. Test hafalan jeblok. IQRO baru jilid 3 itu pun gak naik-naik.
Test bicara pakai bahasa Arab nggak paham sama sekali.
Maka kalau pakar syariahnya saja tidak ada, terus bagaimana menerapkannya?

Derry Bijak
Ahmad Sarwat Iya, jadi kesulitan terbesar adalah masih sedikit sekali yang menguasai ilmu atau pakar hukum Islam ya stadz..

Dwinanda Prayudi
Ahmad Sarwat jadi kalau ahli ilmu syariah sudah banyak kita bisa tegakkan hukum syariah? Atau ada syarat lain lagi?

Ahmad Sarwat
Dwinanda Prayudi keberadaan ahli syariah itu nanti yang akan menetapkan apakah sudah bisa diterapkan atau belum.
Tentu ahli syariahnya bukan sekedar almamater kampus, tapi juga harus unggul dan diakui kepakarannya oleh semua ahli hukum di negeri kita.
Kalau cuma ngaku-ngaku doang tentu percuma.
Di tangan para pakar hukum Islam itulah nanti kayak apa kita bisa terapkan model hukumnya.

Imam Fauzi
Kalau boleh tau pengajian merk kelompoknya golongan mana tadz?

Ahmad Sarwat
Imam Fauzi wah zaman saya SMP dulu pengajian nggak ada yang pakai merk. Kan zaman segitu pemerintahnya represif sekali.
Pengajian di masa itu pakai mode rahasia, diam-diam, sirriyah istilahnya. Gak ada yang pasang bendera, baliho atau lapak. Langsung diangkut semua

Agus Setiawan
jadi penasaran, kalo ada artis cowok memasukkan kemaluannya ke artis cewek disaksikan jutaan mata lewat hape, tapi karena rekaman jadi tidak bisa dihukum ya?... kecuali kalo siaran live?

Ahmad Sarwat
Agus Setiawan bukan siaran live tapi saksi hidup empat orang melihat langsung dengan sepasang bola mata masing-masing, tanpa kamera.
Keempat saksi harus hadir secara live di tempat zina terjadi, bukanjarak jauh.
Nah ada bagusnya ikut kuliah hukum Islam secara resmi. Biar paham betul kayak apa segala ketentuan hukum itu berlaku.
Jangan cuma baca-baca komen orang atau merujuk ke kopasan anonim.
Tapi buka kitab hukum pidana Islam yang aslinya. Ikuti perkuliahannya. Biar ilmunya bukan sekedar akal-akalan saja.

Gustav Agus
itu kisah lika liku sesorang untuk menjadi ustadz yg bukan kw ya tadz---sing penting hukum itu ditegakan yang tentunya dgn rambu2 jika pada akhirnya tidak memenuhi syarat untuk dirajam dll yo janga dirajam --- sing penting sudah diyakini dijalankan --- apa gitu tadz

Ahmad Sarwat
Gustav Agus kalau belum memenuhi syarat lalu dirajam, maka hakimnya itu jahiliah dan fasik. Karena menjalankan hukum Islam dengan cara melanggar SOP. Hakim palsu dan gadungan itu tidak boleh jadi hakim.

Chep Gono
Subhanallah luar Biasa ustad.. sayapun mengalami hal sama seperti cerita itu. Alhamdulillah dengan pembahasan tentang semuanya.. saya menjadi sangat faham. Tentang Hukum Islam Yg di contohkan Rosulullah. Sy hanya bisa mengatakan Jazakumullah Khoirun Khasir atas Ilmunya Tks

Yuyun Septiani
Seperti biasa, tulisan Ustad teramat renyah untuk dikonsumsi. Padat namun berisi serta bergizi. Alurnya terstruktur dan selalu dibuat penasaran setiap selesai membaca kalimat demi kalimat. Semoga Allah terus memberikan inspirasi buat Ustad agar terus menulis.

Andri
Pengalaman saya mirip, ustadz. Begitu masuk ptn di malang, saya dan plonco lainnya langsung kena doktrin di mesjid kampus. Orang orang yg ndak punya dasar pendidikan agama alias sekolah umum terus sejak kecil kayak saya ini, dapat doktrin begitu seperti orang kehausan dikasih minum, antusias sekali menelannya. Tapi saat pencerahan datang juga, waktu liburan semester 4 saya main kerumah teman di Bangil, kenalan dengan ustadz yg mengajar di ponpes kecil. Dari beliau saya mendapat gambaran Islam itu apa dan bagaimana. Hampir sebulan saya disana, cukup membuka mata saya mana pengajaran yg baik dan mana yg abal abal.
Tapi sekarang ustadz, saya sangat cemas, anak anak remaja saya sangat mudah terpapar pengajaran dari ustadz abal abal di medsos, ytube. Saya perhatikan, konten mereka itu ringkas, singkat dan menggugah rasa heroisme islam gitu, mirip dengan gaya doktrin di mesjid kampus saya dulu.

Arif Blang Ranto
Jadi Ustadz yg Sudah Mengerti kenapa Tidak Mengingatkan Pemerintah Supaya Menyiapkan SDM nya dan Tidak Jadi Kontroversi...
Ustadz kan Punya Power jg buat mengingatkan Penguasa

Ahmad Sarwat
Arif Blang Ranto urusan menyiapkan SDM ini bukan urusan pemerintah. Tapi urusan kita sesama umat Islam.
Kita tanya lagi,sekian banyak lembaga pendidikan yang kita punya saat ini, apakah sudah mengajarkan mata kuliah hukum Islam?
Kita punya banyak sekolah mulai TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, seberapa banyak yang mengajarkan ilmu hukum Islam dengan benar?
Yang pada kuliah di luar negeri dan kuliah di Fakultas Syari'ah, apa yang mereka kerjakan sepulang kuliah? Karya apa yang sudah mereka sumbangkan?
Para ustadz dan pendakwah,mau sampai kapan betah bertahan jadi orang awam terus? Kapan mau kuliah lagi yang benar dan menguasai ilmu syariah?
Maksudnya ini tanggungjawab bersama. Seluruh elemen ikut terlibat.

Humaidi Alansorry
Beberapa hukum Islam, sebagian sudah menjadi Qanun (Hukum Positif) di Indonesia. Misalnya, UU Perkawinan, UU Zakat, UU Wakaf, UU Penyelenggaran Haji, UU Ekonomi Syariah, bahkan UU Peradilan Agama.
Yang belum diqanunkan, salah satunya adalah tentang Jinayah.
Menurut ustad, masih memungkinkan kah, hukum jinayat ini suatu saat menjadi hukum positif di Indonesia, yang berlaku hanya untuk orang Islam saja, sebagaimana pengadilan agama yang hanya mengurusi perkara orang Islam saja.
Mohon pandangan ustad. Maturnuwun.

Ahmad Sarwat
Humaidi Alansorry nyaris semua qanun yang ada itu masih berupa kulit kulit terluar. Belum sampai membahas yang jadi topik utama.
UU Zakat misalnya, baru sekedar MEMBOLEHKAN lembaga zakat menarik dana zakat. Tapi ilmu fiqih zakatnya, baru 0,1 % saja.
Lagian sehebat apapun qanun yang diciptakan, kalau masyarakatnya belum teredukasi ilmu syariah, maka nasibnya akan jadi sia-sia.
Masyarakat cenderung tidak setuju dengan qanunnya itu sendiri, kalau dianggapnya kurang menguntungkan mereka.
Jadi kunci utamanya justru pada sosialisasi ilmu syariah.Tapi yang mensosialisasikan kudu pakarnya, biar tidak ngasal.

Humaidi Alansorry
Nggeh ustad. Siap. Terimakasih pencerahannya. Kebetulan saya menjadi pengajar fikih di madrasah Aliyah, insyallah turut mencerdaskan generasi muda, dan mengenalkan ilmu syariah kepada mereka. Mohon doanya ustad. Maturnuwun.

Tjatur Purwanto
Klo menurut saya, wkt di SMP ya memang sebatas itu ilmunya. Setelh kuliah di LIPIA tentu lbh berat lgi isinya. Tidak ada yg salah di SMP krn koar2nya hanya singkat "wajib penerapan syariah", ustd. Mereka bukan ustd2 KW. Klo gitu gmn dg hadits bhw Nabi akan memotong tangan Aisyah jk mencuri. Kan ternyata gak otomatis gitu, semua ada proses peradilannya. Kira2 gitu yah. Afwan.

Ahmad Sarwat
Tjatur Purwanto bukan Aisyah tapi Fatimah. Ngutip hadits kudu teliti dong.
Kelirunya mereka yang sok mewajibkan hukum Islam karena mereka main kafirkan begitu saja semua orang. Tidak terima hukum Islam langsung jadi kafir mendadak.
Ini paham sesat dan tidak bermanfaat sama sekali.

Tjatur Purwanto
Ahmad Sarwat ya afwan. Fatimah yg benar. Ya klo takfiri itu jg salah besar. Bisa2 seluruh rakyat NKRI kafir semua ya? Syukron atas pencerahanya, ustd Sarwat.

Abdul Aziz
Suwun Yai πŸ™
©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Hukum Islam - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan Taufiq Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®