Nabi SAW dan Non Muslim : Maria Al-Qibthiyah

Nabi SAW dan Non Muslim : Maria Al-Qibthiyah - Kajian Islam Tarakan
Nabi SAW dan Non Muslim : Maria Al-Qibthiyah

by. Ahmad Sarwat, Lc.,MA 

Namanya Maria, bukan nama Arab dan juga bukan adaptasi dari Maryam. Dalam hadits juga ditulis dengan teks (مارية القبطية). Agamanya Nasrani (boleh juga disebut Kristen). 

Dia seorang budak Mesir, hadiah dari Muqawqis, penguasa Mesir saat itu, kepada Nabi Muhamad SAW, sebagai balasan dari surat ajakan Nabi Muhammad SAW kepadanya. 

Sudah jadi kebiasaan para raja di masa lalu, kalau kirim utusan dan juga surat, disertai dengan souvenir, baik berupa cendera mata emas, perhiasan, atau pun juga yang paling tinggi nilainya, yaitu budak wanita. 

Maria adalah 'hadiah' raja Mesir kepada Nabi Muhammad SAW. Hadiah yang sifatnya penghargaan. Tidak semua raja dikirimi hadiah macam itu. 

Uniknya, Maria dihadiahkan satu paket dengan adiknya yang bernama Sirin. Dua-duanya dipersembahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun Sirin dihadiahkan lagi oleh Nabi SAW kepada penyair muslim, Hassan bin Tsabit. 

Namanya juga hadiah, tentu saja sangat tidak sopan kalau tidak diterima. Bukti bahwa kita menghargai penghargaan orang, maka hadiah itu justru kita pakai sehari-hari dengan bangga dan senang hati. 

Begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW. Beliau tentu merasa tersanjung dan terhormat mendapatkan hadiah amat berharga dari raja Mesir. Mesir sang raja belum menyatakan masuk Islam, yang mana tujuannya surat Nabi dikirim sebenarnya ajakan masuk Islam, namun setidaknya respon sang raja sedemikian positif. 

Apalagi bila dibandingkan dengan respon raja Persia saat itu, Kisra. Kisra begitu menerima surat ajakan masuk Islam dari Nabi SAW, malah merobek-robek surat itu. Akhirnya nanti kerajaannya sendiri lah yang Allah SWT robek-robek.

Adapun Muqawqis, sebenarnya kalau secara pribadi, sudah amat meyakini kenabian Muhammad SAW. Mirip seperti yang dialami oleh Kaisar Romawi, Heraklius. 

Namun Muqauwqis masih mempertimbangkan resiko gonjang-ganjing pemerintahannya, kalau tiba-tiba dia memutuskan masuk Islam. Karena kasus raja pindah agama bukan hal yang bisa dengan mudah diterima oleh rakyat suatu negeri.

Namun sesungguhnya Muqawqis amat menghormati Islam dan untuk itu dia kirimkan budak wanita Mesir. Ada dua kemungkinan sikap dan perlakukan terhadap budak. Bisa dimuliakan atau bisa juga dihinakan.

Khusus untuk kasus Maria, rupanya oleh Nabi Muhammad SAW dimuliakan. Cara memuliakannya pun unik sekali, yaitu diperistri oleh Rasulullah SAW. Dari pernikahan mereka, lahirlah anak laki-laki yang diberi-nama seusai dengan nama bapak tiga agama besar : Ibrahim.

Para ulama banyak yang mengatakan bahwa Maria yang tadinya beragama Kristen lantas masuk Islam, kemudian diperistri oleh Rasulullah SAW. Sehingga status sosialnya langsung meroket tinggi setinggi-tingginya, karena jadi bergelar ummul mukminin. 

Namun sebagian lain seperti Ibnul Qayyim mengatakan bahwa Maria tidak dinikahi sebagai istri, namun digauli Nabi SAW sebagai budak, yang memang halal dan dijamin oleh Al-Quran : 

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ

Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (QS. Al-Mu'minun : 5-6)

Lepas dari dua versi yang berbeda itu, yang jelas Maria itu identik dengan wanita Kristen dan budak. Dua status yang lekat padanya. 

Sebagai  wanita Krsiten, tentu Maria dibesarkan dengan nilai-nilai Kristiani. Dalam dirinya ditanamkan sistem nilai agama kristiani.  Kalau pun disebutkan dalam sirah bahhwa Maria akhirnya masuk Islam, namun secara tahun kejadian, sudah jauh dari masa masuk Islamnya para shahabat di awal-awal dakwah Nabi SAW di Mekkah.

Nabi berkirim surat kepada para raja dunia baru terjadi setelah  tahun keenam hijriyah, yaitu pasca disepakatinya Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian gencetan senjata dengan musyrikin Mekkah.

Maka pengaruh keberadaan Maria menjadi penting di kemudian hari, ketika Nabi SAW berpesan untuk berbaik-baik kepada penduduk Mesir kalau nanti dakwah Islam sampai kesana. Alasannya cukup unik, karena Mesir adalah negeri ibu kalian. Maka dari situ banyak ulama sepakat menggelarinya sebagai ummul mukminin, sebagaimana umumnya para istri Nabi SAW. 

Uniknya lagi, dari semua wanita yang dinikahi Nabi SAW, hanya dua orang saja yang memberinya anak, yaitu Khadijah dan Maria. 

Bukti tambahan bahwa sepeninggal Nabi Muhammad SAW, Maria juga tidak menikah dengan siapa pun. Ini memang ketentuan bahwa para janda Nabi SAW diharamkan buat umat Islam selama-lamanya. 

Namun posisi rumah Maria itu tidak sama dengan posisi para istri Nabi SAW yang lain. Maria tidak ditempatkan berjajar di rumah samping masjid seperti rumah Aisyah, Ummu Salamah dan istri-istri yang lain. Rumah Maria terletak di tepi kota Madinah.   

Oleh karena posisi Maria itulah maka Amr bin Al-Ash dan para shahabat yang berdakwah di Mesir, memperlakukan agama Kristen dengan sangat mulia. Tidak ada catatan bahwa para shahabat berperang angkat senjata melawan Mesir. 

Mesir yang waktu itu masih Kristen justru malah berkirim surat meminta agar Umar bin Al-Khattab segera merambah Mesir.  Umar pun mengirimkan Amr bin Al-Ash, dengan wanti-wanti untuk memperlakukan bangsa Mesir yang Kristen itu dengan sebaik-baiknya. 

(bersambung)

Sumber FB : Ahmad Sarwat

29 Agustus 2020 pada 09.19  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Nabi SAW dan Non Muslim : Maria Al-Qibthiyah - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan Taufiq Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®