Adab Para Ahli Ilmu

Adab Para Ahli Ilmu - Artikel Kajian Islam Tarakan
ADAB PARA AHLI ILMU

Sebaik-baik masa adalah masa Nabi SAW beserta para sahabat Beliau, lalu masa tabi'in, lalu masa tabi'ut tabi'in. Bahkan tiga masa tersebut mendapatkan pujian khusus dari Rasulullah SAW:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ... 

“Sebaik-baik manusia adalah masaku, kemudian masa setelah mereka, kemudian masa setelah mereka”. (Muttafaq ‘Alaih)

Sehingga ketiga masa emas inilah yg menjadi acuan dlm mempelajari ilmu Islam.

Sebab semakin jauh air mengalir dari sumber aslinya, maka air itu pasti akan semakin keruh. Sama halnya dgn ajaran Islam. Semakin jauh dari masa Rasulullah SAW maka ajaran Islam itupun akan semakin jauh dari kemurnian. 

Sehingga untuk menjaga kemurnian ajaran Islam yg telah diwariskan oleh Rasulullah SAW, maka tdk ada jalan lain kecuali dgn cara mengikuti ajaran para "Salafush Shalih". 

Mungkin inilah yg melatar belakangi munculnya golongan yg meng-klaim bahwa mereka adalah pengikut para "Salafus Shalih" dgn menggunakan istilah "Salafiyyun". 

Namun muncul pertanyaan besar, (bacanya pake gaya ala host infotainment yaa... Hehehe) "Benarkah mereka sesuai dgn ajaran para Salafush Shalih yg mereka klaim??? Atau semuanya hanya sekedar klaim semata???". 

Kalo kita perhatikan fenomena-fenomena para penuntut ilmu agama zaman modern ini, yg banyak bermunculan adalah "Ulama Mie Instan" (Jadi laper... Hahaha). 

Bagaimanapun rasanya namanya mie instan tetap saja mie. Bahkan kalo diperhatikan mie instan seakan-akan kaya akan variasi rasa seperti rasa rendang, ayam kremes, soto ayam, kari ayam dll. 

Malahan iklannya sangat menggiurkan ketika disajikan di TV atau pada bungkusannya,lengkap dgn ayam, telor bahkan irisan sayur dan daging. 

Tapi setelah bungkusnya dibuka, mie direbus lalu dihidangkan dgn bumbu yg ada dalam bungkusannya, ternyata sangat jauh dari apa yg digambarkan iklan dan bungkusannya. Gak ada ayam, telor, irisan daging dll. 

"Mengapa beda?" namanya jg rasa. Khan namanya mie rasa ayam, rasa soto, rasa rendang, rasa kari ayam dll. bukan mie ayam, mie rendang atau mie kari ayam. Wajarlah gak ada ayamnya kan cuma rasa aja. Jadi harusnya namanya mie sok ayam, mie sok soto atau mie sok rendang. Hehehe

Mungkin beginilah gambaran Ulama yg ngakunya Salaf pada era modern sekarang ini. Penampilan sangat salaf, ngakunya ikut "Salafush Shalih". Seakan-akan menguasai berbagai varian ilmu agama dgn modal ngaji Express, penampilan ulama seperti jenggot lebat, gamis arab dan jidat yg menghitam (katanya atsar sujud). Sebab boleh jd ini hanya penampilan yg dapat menipu.

Sehingga kadang orang seperti ini berani dan lancang menggugat pendapat para ulama terdahulu. Tidak heran jika dia mulai mengkritik dan menyalahkan pendapat para ulama ahli ilmu. Tidak sekedar mengkritik, bahkan terkadang dia membid’ahkan pendapat para ahli ilmu yg tdk sama dgn pendapatnya.   Bagaimana mungkin ilmunya bisa berkah??? Semuanya itu tentu bertentangan dgn adab ahli ilmu. Mungkin dia harus belajar kitab "Ta'lim al-Muta'allim" agar beradab dgn adab ahli ilmu (Termasuk kami yg masih awam ini).

Kebanyakan para penuntut ilmu hanya fokus mempelajari ilmu tapi tdk belajar bagaimana adab menuntut ilmu dan akhlak sebagai seorang penuntut ilmu. Bahkan terkadang oleh sebagian ustadznya memang tdk diajarkan adab dan akhlak sebagai penuntut ilmu, tetapi malah langsung diajari perbedaan pendapat yg ujung-ujungnya memenangkan kelompoknya sendiri dan menjelek-jelekkan kelompok lainnya. Itulah beda penuntut ilmu di kalangan ulama salaf dgn penuntut ilmu yang "ngakunya salaf". Boleh jd, inilah ulama mie instan yg kami maksud di atas. 

Memang seharusnya adab menuntut ilmu itu harus dikuasai dulu oleh para penuntut ilmu. Berikut kami kutipkan bagaimana proses belajar para ulama salaf :

Ibu Imam Malik menyiapkan anaknya untuk menjadi seorang ulama besar. Imam Malik menuturkan: Dahulu ibuku menyiapkan imamahku ketika aku masih kecil sebelum aku pergi ke halaqoh-halaqoh ilmu. Maka ibuku mengatakan:

يَا مَالِك، خُذْ مِنْ شَيْخِكَ الْأَدَبَ قَبْلَ الْعِلْمِ... 

“Wahai Malik, ambillah dari syaikhmu adabnya sebelum ilmunya!”

Memang seharusnya waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari adab sebagai penuntut ilmu lebih panjang dari waktu untuk menuntut ilmu. Beginilah Abdullah ibn al-Mubarak menuturkan pengalamannya yg dinukil dalam kitab Ghayatun Nihayah Fii Thabaqatil Qurra’ :

طَلَبْتُ الْأَدَبَ ثَلَاثِيْنَ سَنَةً، وَطَلَبْتُ الْعِلْمَ عِشْرِيْنَ سَنَةً، وَكَانُوْا يَطْلُبُوْنَ الْأَدَبَ قَبْلَ الْعِلْمِ... 

“Saya mempelajari adab selama tiga puluh tahun, dan saya mempelajari ilmu selama dua puluh tahun, mereka (para ulama salaf) mempelajari adab sebelum mempelajari ilmu... "

Seperti itulah para ulama dlm menuntut ilmu. Mereka mempelajari adab menuntut ilmu sebelum mempelajari ilmu, karena mempelajari ilmu sebelum adab sebagai penuntut ilmu akan mendorong seseorang untuk bersikap angkuh dan sombong. Pastinya sikap seperti itu bukanlah sikap seorang ahli ilmu.

(Maafkan kami yg masih awam ini... 🙏).

(Kami masih Belajar Adab... 🙏). 

والله الموفق إلى أقوم الطريق...

Armand El-Ryadhy Baba Halwa

#Repost Setahun yg lalu

Sumber FB : Arman Ar Ryadhy

20 Desember 2017  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Adab Para Ahli Ilmu - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan Taufiq Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®